Sabtu, 03 Desember 2016

Tingkatan Baru dalam Berpikir


Albert Einstein mengemukakan, “masalah penting yang kita hadapi kini tidak dapat kita pecahkan pada tingkat berpikir yang sama seperti ketika kita menciptakan masalah tersebut.”
Ketika kita memandang sekeliling kita dan ke dalam diri kita dan mengenali masalah-masalah yang terjadi ketika kita masih hidup dan berinteraksi dalam Etika Kperibadian, kita mulai sadar bahwa semua ini adalah masalah yang mendalam dna mendasar yang tidak dapat dipecahkan secara dangkal saja.
Kita memerlukan tingkatan yang baru, tingkatan berpikir yang lebih dalam yaitu sbeuah paradigm yang didasari oleh prinsip yang akurat menjabarkan wilayah kemanusiaan dan interaksi yang efektif untuk memecahkan kekhawatiran yang mendalam ini. Tingkatan berpikir ini merupakan pendekatan yang berpusat pada prinsip, berdasarkan karaktter, “dari dalam ke luar” pada efektivitas pribadi dan antarpribadi.
“dari dalam ke luar” berarti memulai dari diri sendiri; bahkan lebih mendasar lagi, memulai dengan bagian paling dalam dari diri sendiri dengan paradigm Anda, karakter Anda, dan motif Anda.
Dikatakan bahwa jika anda ingin memiliki perkawinan yang bahagia, jadilah orang yang memberi energy positif dan menyingkirkan energy negative atau bahkan memberinya kekuatan. Jika anada ingin memiliki anak remaja yang lebih menyenangkan dan mau bekerja sama, jadilah orang tua yang penuh dengan pengertian, konsisten, dna penuh kasih. Jiak anda ingin memiliki ruang gerak yang lebih besar dalam pekerjaan anda, jadilah karyawan yang mau membantu, dan lebih banyak memebri sokongan. Jika anda ingin dipercaya, jadilah layak dipercaya. Jika anda ingin kebesaran sekunder pada bakat yang diakui, berfokuslah terlebih dahulu pada kebesaran primer pada karakter.
Pendekatan dari dalam ke luar menyatakan bahwa kemenangan pribadi mendahului kemenangan public, bahwa pembuatan dan pemenuhan janji kepada diri sendiri mendahului pembuatan dan pemenuhan janji kepada orang lain. Diaktakan bahwa adalah hal yang yang sia-sia untuk mendahulukan kepribadian ketimbang karakter, untuk mencoba memperbaiki hubungan dengan orang lain sebelum memperbaiki diri sendiri.
Dari dalam ke luar adalah suatu proses yang berkesinambungan dari pembaruan yang didasari oleh hukum alam yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan manusia. Ini menjadi spiral pertumbuhan yang menyebabkan bentuk yang semakin tinggi secara progressif pada kemandirian yang bertanggung jawab dan saling keterkaitan yang efektif.
Sebagai contoh, ada seseorang yang bisa kita panggil dengan Mas Budi. ia adalah seseorang yang mempunyai kesempatan untuk bekerja dengan banyak orang yaitu orang yang mengagumkan, orang yang berbakat, orang yang sangat ingin mencapai kebahagiaan dan keberhasilan, orang yang mencari, orang yang terluka. Mas budi bekerja dengan para eksekutif perusahaan, mahasiswa perguruan tinggi, kelompok gereja dan sipil, keluarga, dan pasangan dalam perkawinan. Dari smeua pengalam itu, ia tidak pernah melihat pemecahan yang langgeng untuk masalah, kebahagiaan dan keberhasilan abadi, yang berasal dari luar ke dalam.
Paradigm dari luar ke dalam adalah orang-orang yang tidak bahagia yang merasa menjadi korban dan lumpuh, yang berfokus pada kelemahan orang lain dan keadaan yang mereka rasa bertanggung jawab terhadap situasi yang mandek. Seperti dimana ingin pasangannya berubah, memaksa kehendak orang, dan lain sebaginya.
Dari dalam keluar adalah perubahan paradigm yang dramatis bagi kebanyakan orang, terutama karena pengaruh kuat dari pengkondisian dan paradigm social mutakhir dari Etika Kepribadian.
Tetapi jika kita melihat pengalam mas Budi, baik pribadi maupun dalam bekerja dengan ribuan orang lain, dan dari penelitian terhadap individu dan masyarakat yang berhasil sepanjang sejarah, ia yakin bahwa banyak dari prinsip yang terwujud pada kebiasaan ini sudah ada jauh di dalam diri kita, dalam suara hati dan akal sehat kita. Untuk mengenali, mengembangkan dna menggunakan kebiasaan tersebut dalam upaya memenuhi kebutuhan kita yang paling dalam, kita perlu berpikir secara berbeda, mengubah paradigm kita ketingkat yang baru, yang lebih dalam, yang “dari dalam ke luar”.
Jika kita sungguh-sungguh berusaha mengerti dan memadukan prinsip ini dalam kehidupan kita, saya yakin kita akna menemukan dan menemukan kembali kebenaran dari apa yang dikemukakan oleh T.S Eliot:
Kita tidak boleh berhenti menjelajah dimana akhir dari semua penjelajahan tersebut akan tiba di tempat di mana kita memulai dan baru menyadari tempat tersebut untuk pertama kalinya.
 Referensi:
Covey, Stephen R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa Aksara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar