Pada
masa modern ini, tentunya Kita sudah tidaklah asing lagi dengan kata Globalisasi.
Globalisasi atau Globalization merupkan suatu keadaan hubungan social secara
mendunia dimana orang tidak terikat oleh Negara atau batas-batas wilayah.
Secara sederhananya, globalisasi adalah suatu keadaan dimana individu dapat
terhubung dan dapat saling tukar menukar informasi dimanapun dan kapanpun
melalui media elektronik maupun cetak. Globalisasi tentunya mempunyai dampak
positif dan negative, positifnya yaitu mempermudah masyarakat untuk mengakses
hal apapun dan negatifnya yaitu masyarakat dituntut untuk selalu siap dalam
menyambut globalisasi yang kenyataannya justru berbanding terbalik. Kondisi
yang demikian menuntut terciptanya individu yang tidak hanya mampu beradaptasi,
akan tetapi juga dapat berperan penting didalamnya
Jika
kita melihat kenyataan, di Indonesia, lebih tepatnya di Provinsi Banten, Bagian
paling barat Pulau Jawa, menurut BPS tahun 2013 tercatat warga buta huruf
sekitar 1,9 persen dari total jumlah penduduk, yaitu sebesar 11.252.878 Jiwa.
Buta huruf atau buta aksara adalah mereka yang tidak dapat membaca, menulis,
secara sederhana untuk keperluan sehari-hari. Data tersebut menandakan bahwa
masyarakat Banten belum siap dengan adanya globalisasi. Padahal, melek huruf merupakan
dasar pengetahuan untuk memperoleh berbagai informasi. Dengan membaca, masyarakat
dapat mempermudah untuk meningkatkan dirinya. Jadi, Aje Buta Aksara, geh.
Pemerintah
sendiri mempunyai berbagai upaya untuk mengurangi angka penyandang buta aksara
di Indonesia. Mengapa Buta Aksara harus diminimalisir? Karena dengan minimnya
tingkat buta ksara di Indonesia maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
agar tidak tertinggal dengan Negara lain dan dapat beradaptasi dengan
perkembangan arus globalisasi. Namun, upaya penanggulangan buta aksara tidak
dapat langsung dilaksanakan karena memerlukan waktu dan perencanaan program
yang tepat. Banyak solusi yang sudah dirumuskan oleh pemerintah seperti melalui
jalur pendidikan yang mewajibkan belajar 12 tahun, pembelajaran KF (Keaksaraan
Fungsional), beasiswa bagi siswa yang kurang mampu, dan lain-lain. Namun,
mengapakah Tingkat buta aksara masyarakat Indonesia masih dibilang cukup
tinggi?
Berdasarkan
sebuah penelitian, orang-orang yang menyandang buta aksara lebih tertinggal dan
lebih terbelakang daripada orang-orang pandai dan bisa membaca. Oleh karena
itu, kita harus sadar bahwa pemberantasan buta huruf merupakan tanggung jawab
bersama agar dapat keluar dari zona terbelakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar