Rabu, 28 Desember 2016

Sejarah Filsafat Seni/Estetika


Sejarah perkembangan estetika didasarkan pada sejarah perkembangan estetika di Barat yang dimulai dari filsafat Yunani Kuno. Hal ini dikarenakan estetika telah dibahas secara terperinci berabad-abad lamanya dan dikembangkan dalam lingkungan Filsafat Barat. Hal ini bukan berarti di Timur tidak ada pemikiran estetika. Sebagaimana filsafat sejarah menurut Hegel adalah sejarah filsafatnya itu sendiri, demikian pula filsafat seni tampaknya tidak lain dalam sejarah seni itu sendiri.
Roh merealisasikan diri dalam waktu, dan itulah yang disebut dengan sejarah. Sejarah kesenian menguraikan fakta obyektif dari perkembangan evolusi bentuk-bentuk kesenian, dan mempertimbangkan berbagai interpretasi psikologis. Sepanjang sejarah filsafat, pandangan dan pendapat dari para filsuf tentang masalah estetis sangatlah bervariasi. Dalam buku Pengantar Filsafat oleh Jan Hendrik Rapar, Berdasarkan sejarah periode filsafat seni/estetika, pada abad pertengahan seni tidak begitu mendapat perhatian dari para filsuf. Itu karena gereja Kristen semula bersikap memusuhi seni karena dianggap duniawi dan merupakan produk bangsa kafir Yunani dan Romawi. Akan tetapi, pada saat itu filsuf Augustinus (354-430) memiliki minat cukup besar pada seni. Ia menciptakan suatu Filsafat Platonisme Kristen dengan mengajarkan bentuk-bentuk Platonis (Platonic forms) Sementara G.W.F Hegel (1770-1831) dan Arthur Schopenhauer 1788-1860) mencoba menyusun tata jenjang bentuk-bentuk seni itu. Bagi pemikiran Hegel, Arsitektur berada pada tingkatan paling bawah dan puisi berada pada puncaknya.
Secara garis besarnya, tahapan periodisasi estetika/seni disusun dalam delapan periode, yaitu:
1)                 Periode  Klasik (dogmatik)
2)                 Periode Skolastik
3)                 Periode Rennaisance
4)                 Periode Aufklarung
5)                 Periode Idealis
6)                 Periode Romantik
7)                 Periode Positifistik
8)                 Periode Kontemporer

Periode Klasik (Dogmatik)
Dalam periode ini para filsuf yang membahas estetika diantaranya adalah Socrates, Plato dan Aristoteles. Dari ketiga filsuf tersebut dapat dikatakan bahwa Socrates sebagai perintis, Plato yang meletakkan dasar-dasar estetika dan Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajaran Plato.
Dalam periode ini ada beberapa ciri mengenai pandangan estetikanya, yaitu            :
1.                  Bersifat metafisik
Keindahan adalah ide, identik dengan ide kebenaran dan ide kebaikan. Keindahan itu mempunyai tingkatan kualitas, dan yang tertinggi adalah keindahan Tuhan.
2.                  Bersifat objektifistik
Setiap benda yang memiliki keindahan sesungguhnya berada dalam keindahan Tuhan. Alam menjadi indah karena mengambil peranannya atau berpartisipasi dalam keindahan Tuhan.
3.                  Bersifat fungsional
Pandangan tentang seni dan keindahan haruslah berkaitan dengan kesusilaan (moral), kesenangan, kebenaran serta keadilan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar