Sejarah perkembangan
estetika didasarkan pada sejarah perkembangan estetika di Barat yang dimulai
dari filsafat Yunani Kuno. Hal ini dikarenakan estetika telah dibahas secara
terperinci berabad-abad lamanya dan dikembangkan dalam lingkungan Filsafat
Barat. Hal ini bukan berarti di Timur tidak ada
pemikiran estetika. Sebagaimana filsafat sejarah menurut Hegel adalah sejarah
filsafatnya itu sendiri, demikian pula filsafat seni tampaknya tidak lain dalam
sejarah seni itu sendiri.
Roh merealisasikan diri
dalam waktu, dan itulah yang disebut dengan sejarah. Sejarah kesenian
menguraikan fakta obyektif dari perkembangan evolusi bentuk-bentuk kesenian,
dan mempertimbangkan berbagai interpretasi psikologis. Sepanjang sejarah
filsafat, pandangan dan pendapat dari para filsuf tentang masalah estetis
sangatlah bervariasi. Dalam buku Pengantar Filsafat oleh Jan Hendrik
Rapar, Berdasarkan sejarah periode filsafat seni/estetika, pada abad
pertengahan seni tidak begitu mendapat perhatian dari para filsuf. Itu karena
gereja Kristen semula bersikap memusuhi seni karena dianggap duniawi dan
merupakan produk bangsa kafir Yunani dan Romawi. Akan tetapi, pada saat itu
filsuf Augustinus (354-430) memiliki minat cukup besar pada seni. Ia
menciptakan suatu Filsafat Platonisme Kristen dengan mengajarkan bentuk-bentuk
Platonis (Platonic forms) Sementara G.W.F Hegel (1770-1831) dan Arthur
Schopenhauer 1788-1860) mencoba menyusun tata jenjang bentuk-bentuk seni itu.
Bagi pemikiran Hegel, Arsitektur berada pada tingkatan paling bawah dan puisi
berada pada puncaknya.
Secara
garis besarnya, tahapan periodisasi estetika/seni disusun dalam delapan
periode, yaitu:
1)
Periode Klasik (dogmatik)
2)
Periode Skolastik
3)
Periode Rennaisance
4)
Periode Aufklarung
5)
Periode Idealis
6)
Periode Romantik
7)
Periode Positifistik
8)
Periode Kontemporer
Periode Klasik (Dogmatik)
Dalam periode ini para filsuf yang
membahas estetika diantaranya adalah Socrates, Plato dan Aristoteles. Dari
ketiga filsuf tersebut dapat dikatakan bahwa Socrates sebagai perintis, Plato
yang meletakkan dasar-dasar estetika dan Aristoteles yang meneruskan
ajaran-ajaran Plato.
Dalam periode ini ada
beberapa ciri mengenai pandangan estetikanya, yaitu :
1.
Bersifat metafisik
Keindahan adalah ide, identik dengan
ide kebenaran dan ide kebaikan. Keindahan itu mempunyai tingkatan kualitas, dan
yang tertinggi adalah keindahan Tuhan.
2.
Bersifat objektifistik
Setiap benda yang memiliki keindahan
sesungguhnya berada dalam keindahan Tuhan. Alam menjadi indah karena mengambil
peranannya atau berpartisipasi dalam keindahan Tuhan.
3.
Bersifat fungsional
Pandangan tentang seni dan keindahan
haruslah berkaitan dengan kesusilaan (moral), kesenangan, kebenaran serta
keadilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar