Rabu, 28 Desember 2016

Pemikiran khas Schopenhauer dalam estetika: Musik sebagai seni tertinggi


Musik sebagai Seni Tertinggi Menurut Schopenhauer, musik itu berdiri sendiri, berbeda dari seni-seni yang lainnya. Seni-seni yang lain mengulangi atau menyalin ide tentang eksistensi. Schopenhauer menyatakan bahwa seni-seni yang lain merupakan ungkapan dari Kehendak, sedangkan musik adalah Kehendak itu sendiri. Musik memiliki pengaruh yang sangat kuat pada inti kodrat manusia. Oleh karena itu, musik dimengerti dalam kesadaran sebagai ‘bahasa universal’.
Semua seni mempengaruhi kita secara menyeluruh dengan cara yang sama. Akan tetapi, pengaruh musik lebih kuat, lebih cepat, lebih bernilai, dan tak dapat salah. Selain itu hubungan representasinya dengan dunia lebih dalam dan tepat, karena musik dapat dimengerti oleh setiap orang. Titik banding antara musik dan dunia sangat jelas. Manusia memainkan musik sepanjang masa tanpa dapat menjelaskannya. Untuk mengerti musik secara langsung, orang meninggalkan semua klaim terhadap pemahaman langsung tersebut.
Ide merupakan objektivasi Kehendak yang mencukupi. Semua seni menggunakan representasi hal-hal pertikular untuk membangkitkan pengetahuan ini. Semua seni mengobjektivasikan Kehendak secara tidak langsung dengan menggunakan ide. Dunia merupakan manifestasi ide dalam penggandaan lewat ‘prinsip alasan memadai’ (principium individuationis). Prinsip ini dipakai oleh Schopenhauer untuk membedakan individu dari individu yang lain sebagai pengetahuan yang mungkin.
Musik tidak tergantung pada dunia fenomenal, karena dunia adalah perwujudan ide; dan musik melampaui ide-ide. Seandainya dunia sudah tidak ada, musik tetap dapat ada. Musik tidaklah seperti seni lainnya sebagai tiruan, yakni sebagai ide. Musik merupakan objektivasi serta kopi seluruh Kehendak serperti dunia itu sendiri. Karenanya dampak musik menjadi begitu kuat dan langsung. Musik tidak berbicara tentang bayangan, melainkan tentang dirinya sendiri. Musik adalah bahasa tentang perasaan dan penderitaan manusia, sedangkan kata-kata merupakan bahasa akal budi.
Dalam kodrat manusia yang paling mendasar terdapat suatu Kehendak yang selalu ingin agar Kehendaknya dipuaskan. Kebahagiaan serta kesejahteraan justru terletak di sini. Jika suatu keinginan tercapai, artinya ada suatu kepuasan dan kepuasan ini akan mencari keinginan baru lagi dan lagi. Sedangkan penderitaan adalah jika kepuasan ini tidak terpenuhi. Dalam musik Kehendak diwakili oleh melodi. Jadi, melodi mengungkapkan berbagai usaha Kehendak, dan kepuasan yang tercermin dalam interval-interval harmonis serta nada dasar. Melodi sebagai pengungkapan perasaan dan Kehendak manusia yang paling dalam merupakan sebuah karya jenius, dan tindakannya melampaui kesadaran biasa.
Dalam semua seni konsep-konsep tidaklah bermanfaat serta mencukupi, karena para komponis mengungkapakan inti kodrat manusia paling dalam yang tidak dimengerti oleh akal. Maka dalam semua usaha untuk menjelaskan musik, konsep terlihat tidak mencukupi dan menjadi sangat terbatas. Seperti juga kebahagiaan atau penderitaan yang merupakan rasa puas yang terpenuhi atau rasa puas yang tidak terpenuhi, melodi dalam musik juga menggambarkan hal yang sama. Rasa senang atau gembira digambarkan dengan melodi yang ceria, lincah serta interval konsonan, sedangkan rasa sedih atau penderitaan diwakili oleh melodi yang lambat, melankolis, interval disonan yang menunjukkan kepedihan, keputusasaan atau kegalauan.
Efek mayor dan minor dalam musik memang sangat mengagumkan. Perubahan akord mayor ke minor menimbulkan perasaan yang menyakitkan, seperti rasa sedih, cemas, kasihan dsb. Akord mayor membebaskan kita dari perasaan-perasaan demikian, karena ia mungkin memberikan rasa puas, seperti rasa tegar, gembira, optimis, dan lain-lain. Dalam buku Schopenhuer The World as Will and Representation (1819), Arthur Schopenhauer menulis bahwa “musik adalah jawaban dari misteri kehidupan. Kebanyakan tersusun dari segala seni, musik mengekspresikan pemikiran terdalam dari hidup.”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar