Musik sebagai Seni Tertinggi Menurut
Schopenhauer, musik itu berdiri sendiri, berbeda dari seni-seni yang lainnya.
Seni-seni yang lain mengulangi atau menyalin ide tentang eksistensi.
Schopenhauer menyatakan bahwa seni-seni yang lain merupakan ungkapan dari
Kehendak, sedangkan musik adalah Kehendak itu sendiri. Musik memiliki pengaruh
yang sangat kuat pada inti kodrat manusia. Oleh karena itu, musik dimengerti
dalam kesadaran sebagai ‘bahasa universal’.
Semua seni mempengaruhi
kita secara menyeluruh dengan cara yang sama. Akan tetapi, pengaruh musik lebih
kuat, lebih cepat, lebih bernilai, dan tak dapat salah. Selain itu hubungan
representasinya dengan dunia lebih dalam dan tepat, karena musik dapat
dimengerti oleh setiap orang. Titik banding antara musik dan dunia sangat
jelas. Manusia memainkan musik sepanjang masa tanpa dapat menjelaskannya. Untuk
mengerti musik secara langsung, orang meninggalkan semua klaim terhadap pemahaman
langsung tersebut.
Ide merupakan
objektivasi Kehendak yang mencukupi. Semua seni menggunakan representasi
hal-hal pertikular untuk membangkitkan pengetahuan ini. Semua seni
mengobjektivasikan Kehendak secara tidak langsung dengan menggunakan ide. Dunia
merupakan manifestasi ide dalam penggandaan lewat ‘prinsip alasan memadai’ (principium
individuationis). Prinsip ini dipakai oleh Schopenhauer untuk membedakan
individu dari individu yang lain sebagai pengetahuan yang mungkin.
Musik tidak tergantung
pada dunia fenomenal, karena dunia adalah perwujudan ide; dan musik melampaui
ide-ide. Seandainya dunia sudah tidak ada, musik tetap dapat ada. Musik
tidaklah seperti seni lainnya sebagai tiruan, yakni sebagai ide. Musik
merupakan objektivasi serta kopi seluruh Kehendak serperti dunia itu sendiri.
Karenanya dampak musik menjadi begitu kuat dan langsung. Musik tidak berbicara
tentang bayangan, melainkan tentang dirinya sendiri. Musik adalah bahasa
tentang perasaan dan penderitaan manusia, sedangkan kata-kata merupakan bahasa
akal budi.
Dalam kodrat manusia
yang paling mendasar terdapat suatu Kehendak yang selalu ingin agar Kehendaknya
dipuaskan. Kebahagiaan serta kesejahteraan justru terletak di sini. Jika suatu
keinginan tercapai, artinya ada suatu kepuasan dan kepuasan ini akan mencari
keinginan baru lagi dan lagi. Sedangkan penderitaan adalah jika kepuasan ini
tidak terpenuhi. Dalam musik Kehendak diwakili oleh melodi. Jadi, melodi
mengungkapkan berbagai usaha Kehendak, dan kepuasan yang tercermin dalam interval-interval
harmonis serta nada dasar. Melodi sebagai pengungkapan perasaan dan Kehendak
manusia yang paling dalam merupakan sebuah karya jenius, dan tindakannya
melampaui kesadaran biasa.
Dalam semua seni
konsep-konsep tidaklah bermanfaat serta mencukupi, karena para komponis
mengungkapakan inti kodrat manusia paling dalam yang tidak dimengerti oleh
akal. Maka dalam semua usaha untuk menjelaskan musik, konsep terlihat tidak
mencukupi dan menjadi sangat terbatas. Seperti juga kebahagiaan atau
penderitaan yang merupakan rasa puas yang terpenuhi atau rasa puas yang tidak
terpenuhi, melodi dalam musik juga menggambarkan hal yang sama. Rasa senang
atau gembira digambarkan dengan melodi yang ceria, lincah serta interval
konsonan, sedangkan rasa sedih atau penderitaan diwakili oleh melodi yang
lambat, melankolis, interval disonan yang menunjukkan kepedihan, keputusasaan
atau kegalauan.
Efek mayor dan minor
dalam musik memang sangat mengagumkan. Perubahan akord mayor ke minor
menimbulkan perasaan yang menyakitkan, seperti rasa sedih, cemas, kasihan dsb.
Akord mayor membebaskan kita dari perasaan-perasaan demikian, karena ia mungkin
memberikan rasa puas, seperti rasa tegar, gembira, optimis, dan lain-lain.
Dalam buku Schopenhuer The World as Will and Representation (1819),
Arthur Schopenhauer menulis bahwa “musik adalah jawaban dari misteri kehidupan.
Kebanyakan tersusun dari segala seni, musik mengekspresikan pemikiran terdalam
dari hidup.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar