Perhatikanlah
gambar diatas dengan cermat
Apakah anda
melihat seorang wanita? Berapakah usianya menurut Anda? Bagaimanakah
penampilannya? Apa yang sedang ia kenakan? Dalam peran apa Anda melihatnya?
Anda mungkin
akan mengatakan wanita dalam gambar tersebut adalah seorang gadis yang berumur
sekitar dua puluh lima tahun yang sangat cantik, mengikuti mode, dengan hidung
mungil, dan penampilan yang pendiam. Jika Anda adalah seorang pria yang lajang
Anda mungkin akan ingin mengajaknya kencan. Jika Anda dalam bisnis mode, Anda
mungkin akan memperkerjakannya sebagai pragawati.
Akan tetapi,
bagaimana jika ada yang mengatakan bahwa Anda keliru? Bagaimana jika ada yang
mengatakan bahwa gambar ini adalah gambar seorang wanita berusia 60 atau 70-an
yang tampak sedih, berhidung besar, dan jelas bukan seorang peragawati. Wanita
tua ini adalah orang yang mungkin Anda ingin bantu untuk menyebrangi jalan.
Lalu, siapakah
yang benar?
Lihatlah gambar
itu sekali lagi. Dapatkah Anda melihat hidungnya yang besar dan bengkok?
Syalnya?
Argument
saling dilontarkan bolak-balik, masing-masing yakin akan pendapatnya, dan tidka
mau menyerah. Semua ini terjadi dimana kedua orang tersebut tidak menyadari
bahwa sebenarnya mereka memiliki satu keuntungan penting. Mereka bisa tahu
sejak awal bahwa terdapat satu sudut pandang yang lain yang berbeda. Banyak
dari kita justru enggan mengakuinya.
Sesudah
suatu periode komunikasi tanpa hasil, salah satu bangkit mengha,piri layar dan
menunjukkan satu garis pada gambar. “Ini kalung dari si wanita muda”. Dan yang
seorang lagi berkata, “bukan, itu mulut dari si wanita tua”. Secara berangsur
mereka mulai mendiskusikan titik-titik perbedaan dengan tenang, dan akhirnya
yang dapat melihat sudut pandang orang lain.
Pada
gambar di atas, memperlihatkan kita bahw aparadigma merupakan sumber dari sikap
dan perilaku kita. Kita benar-benar tidak dapat mempertahankan keutuhan jika
kita berbicara dan berjalan secara berbeda dengan cara kita melihat. Jika Anda
berada di antara 90 persen orang yang secara khas melihat wanita muda pada gambar, tentu akna
merasa sulit untuk berpikir tentang adanya keharusan menyebrangi jalan. Baik
sikap anda maupun perilaku Anda terhadap dirinya harus sama dan sebangun dengan
cara anda melihatnya.
Persepsi
ini juga memperlihatkan betapa kuatnya paradigma kita mempengaruhi cara kita
berinteraksi dengan orang lain. Sejelas dan seobjektif apapun yang kita pikir
dan kita lihat, kita akan mulai sadar bahwa orang lain dapat melihat hal yang
sama secara berbeda dengan sudut pandang mereka yang kelihatannya jelas dan
objektif. “Dimana kita berdiri bergantung darimana kita duduk”.
Kita
masing-masing cenderung berpikir bahwa kita melihat segala sesuatu sebagaimana
adanya, bahwa kita sudah objektif. Namun pada kenyataannya tidak demikian. Kita
melihat dunia, bukan sebagaimana adanya, melainkan sebagaimana kita adanya atau
sebagaimana kita terkondisikan untuk melihatnya
Ini
tidak berarti bahwa fakta itu tidka ada,. Dalam demonstrasi tadi, dua individu
yang pada mulanya dipengaruhi oleh gambar pengkondisi yang berbeda melihat
gambar ketiga secara bersama-sama. Sekang mereka sama-sama melihat fakta yang
identik yaitu garis hitam dan ruangan putih dan mereka sama-sama mengakui bahwa
ini sebagi fakta. Akan tetapi, penafsiran masing-masing orang tentang fakta
menggambarkan pengalaman sebelumnya dan fakta tidak akan mempunyai arti apapun
apabila terlepas dari interpretasi tersebut.
Semakin
sadar kita akan paradigm dasar,peta, atau asumsi kita, dan sejauh mana kita
telah dipengaruhi oelh pengalaman kita, maka semakin kita dapat menerima
tanggung jawab untuk paradigm tersebut dan memeriksanya, mangujinya berdasarkan
realitas, mendengarkan orang lain, dan bersikap terbuka terhadap persepsi
mereka, sehingga mendapatkan gambaran yang lebih besar dan pandangan yang jauh
lebih objektif.
Referensi:
Covey, Stephen R. 1997. The 7 Habits of
Highly Effective People. Jakarta: Binarupa Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar