Sabtu, 03 Desember 2016

Persepsi dan Paradigma






Perhatikanlah gambar diatas dengan cermat
Apakah anda melihat seorang wanita? Berapakah usianya menurut Anda? Bagaimanakah penampilannya? Apa yang sedang ia kenakan? Dalam peran apa Anda melihatnya?
Anda mungkin akan mengatakan wanita dalam gambar tersebut adalah seorang gadis yang berumur sekitar dua puluh lima tahun yang sangat cantik, mengikuti mode, dengan hidung mungil, dan penampilan yang pendiam. Jika Anda adalah seorang pria yang lajang Anda mungkin akan ingin mengajaknya kencan. Jika Anda dalam bisnis mode, Anda mungkin akan memperkerjakannya sebagai pragawati.
Akan tetapi, bagaimana jika ada yang mengatakan bahwa Anda keliru? Bagaimana jika ada yang mengatakan bahwa gambar ini adalah gambar seorang wanita berusia 60 atau 70-an yang tampak sedih, berhidung besar, dan jelas bukan seorang peragawati. Wanita tua ini adalah orang yang mungkin Anda ingin bantu untuk menyebrangi jalan.
Lalu, siapakah yang benar?
Lihatlah gambar itu sekali lagi. Dapatkah Anda melihat hidungnya yang besar dan bengkok? Syalnya?
Argument saling dilontarkan bolak-balik, masing-masing yakin akan pendapatnya, dan tidka mau menyerah. Semua ini terjadi dimana kedua orang tersebut tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka memiliki satu keuntungan penting. Mereka bisa tahu sejak awal bahwa terdapat satu sudut pandang yang lain yang berbeda. Banyak dari kita justru enggan mengakuinya.
Sesudah suatu periode komunikasi tanpa hasil, salah satu bangkit mengha,piri layar dan menunjukkan satu garis pada gambar. “Ini kalung dari si wanita muda”. Dan yang seorang lagi berkata, “bukan, itu mulut dari si wanita tua”. Secara berangsur mereka mulai mendiskusikan titik-titik perbedaan dengan tenang, dan akhirnya yang dapat melihat sudut pandang orang lain.
Pada gambar di atas, memperlihatkan kita bahw aparadigma merupakan sumber dari sikap dan perilaku kita. Kita benar-benar tidak dapat mempertahankan keutuhan jika kita berbicara dan berjalan secara berbeda dengan cara kita melihat. Jika Anda berada di antara 90 persen orang yang secara khas  melihat wanita muda pada gambar, tentu akna merasa sulit untuk berpikir tentang adanya keharusan menyebrangi jalan. Baik sikap anda maupun perilaku Anda terhadap dirinya harus sama dan sebangun dengan cara anda melihatnya.
Persepsi ini juga memperlihatkan betapa kuatnya paradigma kita mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain. Sejelas dan seobjektif apapun yang kita pikir dan kita lihat, kita akan mulai sadar bahwa orang lain dapat melihat hal yang sama secara berbeda dengan sudut pandang mereka yang kelihatannya jelas dan objektif. “Dimana kita berdiri bergantung darimana kita duduk”.
Kita masing-masing cenderung berpikir bahwa kita melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, bahwa kita sudah objektif. Namun pada kenyataannya tidak demikian. Kita melihat dunia, bukan sebagaimana adanya, melainkan sebagaimana kita adanya atau sebagaimana kita terkondisikan untuk melihatnya
Ini tidak berarti bahwa fakta itu tidka ada,. Dalam demonstrasi tadi, dua individu yang pada mulanya dipengaruhi oleh gambar pengkondisi yang berbeda melihat gambar ketiga secara bersama-sama. Sekang mereka sama-sama melihat fakta yang identik yaitu garis hitam dan ruangan putih dan mereka sama-sama mengakui bahwa ini sebagi fakta. Akan tetapi, penafsiran masing-masing orang tentang fakta menggambarkan pengalaman sebelumnya dan fakta tidak akan mempunyai arti apapun apabila terlepas dari interpretasi tersebut.
Semakin sadar kita akan paradigm dasar,peta, atau asumsi kita, dan sejauh mana kita telah dipengaruhi oelh pengalaman kita, maka semakin kita dapat menerima tanggung jawab untuk paradigm tersebut dan memeriksanya, mangujinya berdasarkan realitas, mendengarkan orang lain, dan bersikap terbuka terhadap persepsi mereka, sehingga mendapatkan gambaran yang lebih besar dan pandangan yang jauh lebih objektif.

Referensi:

Covey, Stephen R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar