Bahasa merupakan alat berpikir yang apabila dikuasai dan
digunakan dengantepat, maka akan dapat membantu kita memperoleh kecakapan
berpikir, berlogika dengantepat. Logis, atau masuk akal, merupakan ukuran yang
hampir selalu dipakai dalamkehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam kegiatan
berilmu. Dalam pembicaraan yangtidak penting pun lawan bicara kita selalu menuntut
penjelasan yang logis.
Dalam berilmu, yaitu mengembangkan, memahami dan
mengkomunikasikan ilmu logis atau tidak merupakan ukuran mutlak. Inilah alat
ukurnya, sebagaimana termometer digunakanuntuk mengukur suhu tubuh.Ilmu adalah
kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu, yaitu proses
pemikiran yang bernalar. Proses berpikir tersebut mesti dilakukan dengan
caratertentu, karena itulah selalu disebut dengan “displin ilmu”.
Proses menuju kesimpulan hanya dianggap sahih jika dilakukan
menurut cara tertentu yang disebut logika. Jadi,secara sederhana, logika dapat
didefinisikan sebagai pembicaraan tentang bagaimana berfikir secara sahih
(valid). Atau, dalam ungkapan lain, dapat juga disebut dengan
aturan bagaimana berfikir secara benar (correct).Inilah inti dalam kajian
logika. Ukuran-ukuran logika menjadi penentu untuk menguji apakah
seseorang telah berfikir secara benar atau salah. Cara mengujinya adalah melalui
serangkaian hukum atau pola. Pola dasarnya adalah bagaimana pengetahuan barudisusun
dari pengetahuan lama. Disinilah peran premis dan kesimpulan. Logika
bertolak dari sejumlah premis yang sudah diketahui untuk menghasilkan satu
pengetahuan yang baru.
Dalam kegiatan ini, logika mengendalikan gerak fikiran
supaya tetap mengikuti pola yang sudah distandarisasi. Standariasasi
berlaku secara keilmuan atau menurut ilmu bersangkutan. Standarisasi tiap ilmu
tidak persis sama, meskipun dalam ketentuan dasarnya sama.Logika sebagai cara
menarik kesimpulan, bekerja dalam bentuk kata, istilah, dan kalimat.Kata-kata
dipilih dan disusun secara tepat. Pemilihan dan penempatannya akan menentukan
makna yang dikandungnya. Semua ini termasuk dalam lingkup berbahasa. Satu hal
mendasar dalam konteks ini adalah tentang premis dan kesimpulan.
Premis adalah apa yang dianggap benar sebagai landasan untuk
menarik kesimpulan. Ia menjadidasar pemikiran dan alasan atau dapat juga disebut
dengan asumsi. Dalam pengertianformal, premis adalah kalimat atau proposisi yg
dijadikan dasar dalam menarik kesimpulan secara logis. Kesimpulan yang
benar diperoleh bila premisnya benar pula,dan sebaliknya, meskipun proses
logika tetap terpenuhi.
Bahasa memiliki peran yang sangat esensial dalam konteks
logika dan berilmu. Ia sangat membantu, namun secara bersamaan juga dapat
sangat mencelakakan, yaitu jika penggunaannya tidak tepat. Kegiatan
berilmu akan mati bila terjadi kekeliruan penerapan bahasa di antara para
penggiatnya. Ini karena bahasa bagi manusia merupakan pernyataan pikiran
atau perasaan yang paling komunikatif. Gerak tubuh dan mimik muka dapat menginformasikan
sesuatu, namun sangat terbatas penerapannya.
Bahasa juga penting dalam pembentukan penalaran ilmiah,
karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana caranya menyusun uraian yang
tepat dan sesuai dengan pembuktian - pembuktian secara benar dan jelas.
Untuk kelompok tertentu, agar komunikasi di antara mereka lebih efisien
dan efektif, mereka menciptakan bahasa tersendiri. Mereka menciptakan dan
menyepakati kata-kata, baik kata yang diambil darikata-kata yang sudah ada
dalam kehidupan sehari-hari, atau secara sengaja membuat kata-kata yang baru
sama sekali.
Logika sangat terkait dengan konsep bahasa. Di sisi
sebaliknya, setiap bahasa memiliki logikanya sendiri. Bahasa yang disusun oleh
sekelompok masyarakat mengandung kekhasan dimana berbagai kultur dalam
arti luas menjadi basis pembentukan bahasa tersebut. Inilah salah
satu point yang harus dipertimbangkan misalnya dalam proses penerjemahan satu
pemikiran dari satu bahasa ke bahasa lain.
Menurut Irving Copi, bukan berarti seseorang dengan
sendirinya mampu menalar atau berpikir secara tepat hanya dengan
mempelajari logika, meskipun ia sudah memiliki pengetahuan mengenai metode
dan prinsip berpikir. Dalam logika dibutuhkan pengetahuan serta
keterampilan. Pengetahuan mengenai metode-metode dan prinsip- prinsip
berpikir harus dimiliki bila seseorang ingin melatih kemampuannya dalam berpikir.
Sebaliknya pula, seseorang hanya bisa mengembangkan
keterampilan berpikirnya bila sudah menguasai metode-metode dan prinsip-prinsip
berfikir.
Tanpa bahasa manusia tidak mampu berfikir. Bahkan ketika
masih ”dalam kepalanya”, sebelum diucapkan sekalipun, manusia sudah menggunakan
bahasa. Ada tiga fungsi bahasa yang utama yaitu untuk mengkomunikasikan,
mengekspresikan perasanaan,dan membangkitkan atau mencegah perilaku tertentu.
Ada kalanya ketiga fungsi ini dapat dijalankan sekaligus, namun dapat juga terpisah,
atau dua di antaranya.
Dalam dunia ilmiah, harus dihindari berbagai kesalahan (atau
kesesatan), dimana berbahasa secara tepat dan tidak emotif menjadi salah satu
pedoman yang harus dipatuhi. Hanya dengan bahasa yang netral, maka
informasi yang disampaikan dapat diterima dengan tepat. Ketrampilan berargumen,
terutama argumen deduktif, merupakan syarat pokok dalam berilmu.Melalui
nalar deduktif diperoleh kesimpulan (conclusion) sehingga dapatmenyimpulkan
apakah sesuatu yang disampaikan dapat dinilai kebenarannya (benar atausalah)
dan kevalidannya (valid atau tidak valid).
Sudah dijelaskan di atas bahwa logika merupakan hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Jelaslah bahwa logika memiliki pertalian yang erat dengan bahasa.
Jadi apabila kita ingin mempelajari logika, mulailahdengan melihat hubungan
antara bahasa dan logika atau sebaliknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar