Sabtu, 24 Desember 2016

Logika dan Bahasa

Bahasa merupakan alat berpikir yang apabila dikuasai dan digunakan dengantepat, maka akan dapat membantu kita memperoleh kecakapan berpikir, berlogika dengantepat. Logis, atau masuk akal, merupakan ukuran yang hampir selalu dipakai dalamkehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam kegiatan berilmu. Dalam pembicaraan yangtidak penting pun lawan bicara kita selalu menuntut penjelasan yang logis.

Dalam berilmu, yaitu mengembangkan, memahami dan mengkomunikasikan ilmu logis atau tidak merupakan ukuran mutlak. Inilah alat ukurnya, sebagaimana termometer digunakanuntuk mengukur suhu tubuh.Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu, yaitu proses pemikiran yang bernalar. Proses berpikir tersebut mesti dilakukan dengan caratertentu, karena itulah selalu disebut dengan “displin ilmu”.
Proses menuju kesimpulan hanya dianggap sahih jika dilakukan menurut cara tertentu yang disebut logika. Jadi,secara sederhana, logika dapat didefinisikan sebagai pembicaraan tentang bagaimana berfikir secara sahih (valid). Atau, dalam ungkapan lain, dapat juga disebut dengan aturan bagaimana berfikir secara benar (correct).Inilah inti dalam kajian logika. Ukuran-ukuran logika menjadi penentu untuk menguji apakah seseorang telah berfikir secara benar atau salah. Cara mengujinya adalah melalui serangkaian hukum atau pola. Pola dasarnya adalah bagaimana pengetahuan barudisusun dari pengetahuan lama. Disinilah peran premis dan kesimpulan. Logika bertolak dari sejumlah premis yang sudah diketahui untuk menghasilkan satu pengetahuan yang baru.
Dalam kegiatan ini, logika mengendalikan gerak fikiran supaya tetap mengikuti pola yang sudah distandarisasi. Standariasasi berlaku secara keilmuan atau menurut ilmu bersangkutan. Standarisasi tiap ilmu tidak persis sama, meskipun dalam ketentuan dasarnya sama.Logika sebagai cara menarik kesimpulan, bekerja dalam bentuk kata, istilah, dan kalimat.Kata-kata dipilih dan disusun secara tepat. Pemilihan dan penempatannya akan menentukan makna yang dikandungnya. Semua ini termasuk dalam lingkup berbahasa. Satu hal mendasar dalam konteks ini adalah tentang premis dan kesimpulan.
Premis adalah apa yang dianggap benar sebagai landasan untuk menarik kesimpulan. Ia menjadidasar pemikiran dan alasan atau dapat juga disebut dengan asumsi. Dalam pengertianformal, premis adalah kalimat atau proposisi yg dijadikan dasar dalam menarik kesimpulan secara logis. Kesimpulan yang benar diperoleh bila premisnya benar pula,dan sebaliknya, meskipun proses logika tetap terpenuhi.
Bahasa memiliki peran yang sangat esensial dalam konteks logika dan berilmu. Ia sangat membantu, namun secara bersamaan juga dapat sangat mencelakakan, yaitu jika penggunaannya tidak tepat. Kegiatan berilmu akan mati bila terjadi kekeliruan penerapan bahasa di antara para penggiatnya. Ini karena bahasa bagi manusia merupakan pernyataan pikiran atau perasaan yang paling komunikatif. Gerak tubuh dan mimik muka dapat menginformasikan sesuatu, namun sangat terbatas penerapannya.
Bahasa juga penting dalam pembentukan penalaran ilmiah, karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana caranya menyusun uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian - pembuktian secara benar dan jelas. Untuk kelompok tertentu, agar komunikasi di antara mereka lebih efisien dan efektif, mereka menciptakan bahasa tersendiri. Mereka menciptakan dan menyepakati kata-kata, baik kata yang diambil darikata-kata yang sudah ada dalam kehidupan sehari-hari, atau secara sengaja membuat kata-kata yang baru sama sekali.
Logika sangat terkait dengan konsep bahasa. Di sisi sebaliknya, setiap bahasa memiliki logikanya sendiri. Bahasa yang disusun oleh sekelompok masyarakat mengandung kekhasan dimana berbagai kultur dalam arti luas menjadi basis pembentukan bahasa tersebut. Inilah salah satu point yang harus dipertimbangkan misalnya dalam proses penerjemahan satu pemikiran dari satu bahasa ke bahasa lain.
Menurut Irving Copi, bukan berarti seseorang dengan sendirinya mampu menalar atau berpikir secara tepat hanya dengan mempelajari logika, meskipun ia sudah memiliki pengetahuan mengenai metode dan prinsip berpikir. Dalam logika dibutuhkan pengetahuan serta keterampilan. Pengetahuan mengenai metode-metode dan prinsip- prinsip berpikir harus dimiliki bila seseorang ingin melatih kemampuannya dalam berpikir. Sebaliknya pula, seseorang hanya bisa mengembangkan keterampilan berpikirnya bila sudah menguasai metode-metode dan prinsip-prinsip berfikir.
Tanpa bahasa manusia tidak mampu berfikir. Bahkan ketika masih ”dalam kepalanya”, sebelum diucapkan sekalipun, manusia sudah menggunakan bahasa. Ada tiga fungsi bahasa yang utama yaitu untuk mengkomunikasikan, mengekspresikan perasanaan,dan membangkitkan atau mencegah perilaku tertentu. Ada kalanya ketiga fungsi ini dapat dijalankan sekaligus, namun dapat juga terpisah, atau dua di antaranya.
Dalam dunia ilmiah, harus dihindari berbagai kesalahan (atau kesesatan), dimana berbahasa secara tepat dan tidak emotif menjadi salah satu pedoman yang harus dipatuhi. Hanya dengan bahasa yang netral, maka informasi yang disampaikan dapat diterima dengan tepat. Ketrampilan berargumen, terutama argumen deduktif, merupakan syarat pokok dalam berilmu.Melalui nalar deduktif diperoleh kesimpulan (conclusion) sehingga dapatmenyimpulkan apakah sesuatu yang disampaikan dapat dinilai kebenarannya (benar atausalah) dan kevalidannya (valid atau tidak valid).
Sudah dijelaskan di atas bahwa logika merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Jelaslah bahwa logika memiliki pertalian yang erat dengan bahasa. Jadi apabila kita ingin mempelajari logika, mulailahdengan melihat hubungan antara bahasa dan logika atau sebaliknya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar