Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah menggunakan
matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung satu,
dua, tiga, maupun yang sampai rumit, misalnya perhitungan antariksa.
Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah menggunakan
matematika, baik matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistic.
Philosophy modern juga tidak akan tepat bila pengetahuan tentang matematika
tidak mencukupi. Banyak juga ilmu dalam rumpun social yang menggunakan
matematika sebagai sosiometri, psychometric, ekonometri, dan seterusnya. Hampir
dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang
berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan tentu saja tidak
lepas dari usaha para ilmuan dalam mengembangkannya, maka dalam hal ini akan
dibahas tentang matematika sebagai slaah satu kegiatan ilmiah. Pembahasannya
meliputi sarana berpikir ilmiah, matematika sebagai bahasa, matematika sebagai
sarana berpikir deduktif, dna matemtika untuk ilmu alam dan ilmu social.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana
berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan
ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sara berpikir ini merupakan suatu
hal yang bersifat imperative bagi seorang ilmuan. Tanpa menguasai hal ini, maka
kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka
diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir dan
alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir
deduktif dan berpikir induktif.
1.
Matematika sebagai bahasa
Matematika mempunyai kelebihan
lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numeric
yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dalam
bahasa verbal, bila kita membandingkan dua objek yang berlainan, umpamanya
gajah dan semut maka kita hanya bisa mengatakan bahwa gajah lebih besar dari
semut. Kalau kita ingin menelusuri lebih lanjut seberapa besar gajah
dibandingkan dengan semut maka kita akan mengalami kesukaran dalam mengemukakan
hubungan itu. Kemudian jika sekiranya kita ingin mengetahui secara eksak berapa
besar gajah bila dibandingkan dengan semut, dengan bahasa verbal kita tidak
dapat mengatakan apa-apa.
Bahasa verbal hanya
mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Demikian juga maka
penjelasan dan ramalan yang diberikan oleh ilmu bahasa verbal semuanya bersifat kualitatif. Penjelasandan
ramalan yang diberikan oleh bahasa verbal tidak bersifat eksak sehingga
menyebabkan adanya prediktif dan control ilmu kurang cermat dan tepat.
Sifat kuantitatif dari
matematika ini meningkatkan daya prediktif dan control dari ilmu. Ilmu
memberikan jawaban yang lebih eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara
lebih tepat dan cermat.
2.
Matematika sebagai sarana
berpikir deduktif
Matematika merupakan
ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelsaian-penyelesaian
masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang
terdapat di dalam ilmu empiric, melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi
(penjabaran-penjabaran).
Matematika merupakan
pengalaman dan sarana berpikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
artificial, yakni bahasa buatan. Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari
aspek emotif dan afektif serta jelas kelihatan bentuk logisnya.
3.
Matematika untuk ilmu alam dan
ilmu social
Matematika merupakan
salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping pengetahuan mengenai
matematika itu sendiri, matematika juga memberiakn bahasa, proses, dan teori
yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan. Fungsi matematika menjadi
sangat penting dalam perkembangan berbagai macam ilmu pengetahuan. Perhitungan
matematis misalnya menajdi dasar desain ilmu teknik, metode matematis memberikan
inspirasi pada pemikiran di bidang social dan ekonomi bahkan pemikiran
matematis dapat meberiakn warna kepada arsitektur dan seni lukis.
Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan alam matematika memberika kontribusi yang cukup besar. Kontribusi
matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaaan
lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran, disamping hal lain
seperti bahasa, metode, dan lainya. Hal ini sesuai dengan objek ilmu alam,
yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati dan dilakukan penelaahan
berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu social yang memiliki objek penelaahan yang
kompleks dan sulit dalam melakukan pengamatan, disamping objek penelaahan yang
tak berulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang
bilangan.
Adapun ilmu-ilmu social
dapat ditandai dengan kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah yang dihadapinya
tidak mempunyai pengukuran yang menggunakan bilangan dan pengertian tentang
ruang adalah sama sekali tidak relavan.
Referensi: Bakhtiar,
Amsal. 2004. FILSAFAT ILMU. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar