1. Kehendak Hidup
Menurut Schopenhauer, ada dua aspek:
di luar, yakni representasi, dan di dalam, yakni kehendak. Dunia adalah
gambaran/kehendak. Kehendak adalah esensi dari kehidupan ini, kita hanya dapat
mengenal dunia sesuai penampilannya kepada kita. Untuk dapat mengenal dunia,
kita tidak mempunyai jalan masuk ke sana. Hanya ada satu pintu dan pintu itu
adalah kehendak. Menurut Schopenhauer, kehendak itu bisa dimanifestasikan
sebagai tubuh kita. Jadi, kita melihat representasi dunia dengan tubuh kita.
Sebelum kita melangkah kepada pembahasan yang lebih jauh, terlebih dahulu kita
melihat apa yang melatar belakangi pemikiran tersebut.
Di belakang pemikiran Schopenhauer,
dapat kita temukan pemikiran Plato dan Immanuel Kant. Pengaruh Plato tampak
pada pandangannya (thing in it- self) , dan Schopenhauer memahaminya
sebagai sumber ide. Sedangkan, pengaruh Immanuel Kant dapat dilihat dalam
pandangannya dalam dua dunia, yakni dunia noumenal dan fenomenal.
Dari pandangan mengenai pemahaman dunia itu, ada baiknya membahas dunia sebagai
ide dan dunia sebagai kehendak.
a) The world is my idea merupakan kata pembuka dari
karya besar Schopenhauer. The world as will and the world is idea. Maksud
dari kalimat tersebut dapat dimengerti sangat “berbau” kantian. Dalam
kalimat tersebut, Schopenhauer menegaskan bahwa dunia eksternal yaitu dunia
fenomenal, Hanya dapat diketahui melalui sensasi-sensasi atau ide-ide yang
dapat kita terima. Disini dapat kita lihat bahwa peran subjek sangat dominan
dalam pandangan Schopenhauer mengenai pengetahuan. Hal tersebut tentu dapat
dipahami sebagai sebuah penolakan terhadap matrealisme. Dalam
matrealisme kenyataan direduksi menjadi materi saja. Dengan menyatakan
demikian, Schopenhauer menyangkal matrealisme. Bagaimana orang dapat
menjelaskan bahwa pikiran merupakan hasil dari materi, jika kita mengetahui
materi dari pikiran. Jika kita mengetahui materi dari pikiran?, Materi tidak
pernah berdiri sendiri. Subjek memiliki otoritas atas materi. Tidak akan ada
objek tanpa subjek, segala pengetahuan yang terdapat didunia ini merupakan
konstruksi subjek. Melalui mata subjek melihat, melalui tangan ia meraba, dan
melalui pengertiannya ia mengetahui. Dunia ide tak lebih hanyalah sensasi-sensasi
belaka. Mereka tidak akan pernah berdiri sendiri tanpa adanya subjek yang
mempersepsi. Dalam hal ini. bagi Schopenhauer dalam menyelidiki sesuatu yang
benarnya, yang ditemukan hanyalah: kesan-kesan dan nama-nama. Jadi, dalam dunia
fenomenal kenyataan merupakan objek dalam relasinya dengan subjek. Sebuah
persepsi dari subjek yang mempersepsi, dengan kata lain dapat menyebutnya
dengan Semu.
2. Keselamatan dari Penderitaan Eksistensi
Bagi Schopenhauer, realitas adalah
kehendak itu sendiri spiritual, bukan material - tetapi kehendak adalah
penderitaan. Manusia terus-menerus berkehendak, terus berpindah dari kehendak
satu ke kehendak yang lain. Menurut Schopenhauer, jalan keselamatan adalah
Hindu. Penolakan terhadap nafsu, menghilangkan kehendak, membebaskan manusia
dari ilusi dan penderitaan. Solusi dari permasalahan penderitaan ini adalah
menghilangkan egoistis kehendak dan menyerah kepada kosmik. Estetika yang
dikemukakan oleh Schopenhauer merupakan jalan keluar dari penderitaan, walaupun
sifatnya hanya sementara. Penderitaan dalam hidup bisa disembuhkan oleh seni.
Manusia yang hidup dalam keadaan patologis, dapat diangkat oleh keindahan seni.
Schopenhauer menyebut seni-seni yang dapat mengatasi problem ini, seperti
arsitektur, seni lukis, seni pahat atau patung, puisi dan musik. Dan, ia sangat
meninggikan seni musik dalam filsafat Kehendaknya. Musik menjadi puncak dari
segala bentuk seni yang lain.
3. Moralitas
Menurut Schopenhauer, pada dasarnya
manusia itu egois. Egoisme itulah yang melahirkan penderitaan. Untuk
menghilangkan penderitaan itulah manusia harus melepaskan egoismenya,
melepaskan diri dari kehendak, dan jalan moralitas adalah salah satu jalan
pelepasan kehendak. Manusia harus melepaskan egoismenya dan menolong orang
sebanyak yang dia mampu. Tampaknya Schopenhauer sangat terpengaruh oleh agama
Hindu.
4. Keputusan dan Hukuman
Schopenhauer menjelaskan
seseorang yang hendak mengambil keputusan. Menurut dia, ketika kita mengambil
keputusan, kita akan diperhadapkan dengan berbagai macam akibat. Oleh sebab
itu, keputusan yang diambil memiliki alasan atau dasar. Keputusan-keputusan ini
menjadi tidak bebas lagi bagi si pemilihnya. Pemilih itu harus diperhadapkan
kepada beberapa akibat dalam sebuah keputusan. Segala tindakan yang dilakukan
seseorang merupakan kebutuhan dan tanggung jawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar