Rabu, 28 Desember 2016

Pemikiran Arthur Schopenhauer


1.      Kehendak Hidup
Menurut Schopenhauer, ada dua aspek: di luar, yakni representasi, dan di dalam, yakni kehendak. Dunia adalah gambaran/kehendak. Kehendak adalah esensi dari kehidupan ini, kita hanya dapat mengenal dunia sesuai penampilannya kepada kita. Untuk dapat mengenal dunia, kita tidak mempunyai jalan masuk ke sana. Hanya ada satu pintu dan pintu itu adalah kehendak. Menurut Schopenhauer, kehendak itu bisa dimanifestasikan sebagai tubuh kita. Jadi, kita melihat representasi dunia dengan tubuh kita. Sebelum kita melangkah kepada pembahasan yang lebih jauh, terlebih dahulu kita melihat apa yang melatar belakangi pemikiran tersebut.
Di belakang pemikiran Schopenhauer, dapat kita temukan pemikiran Plato dan Immanuel Kant. Pengaruh Plato tampak pada pandangannya (thing in it- self) , dan Schopenhauer memahaminya sebagai sumber ide. Sedangkan, pengaruh Immanuel Kant dapat dilihat dalam pandangannya dalam dua dunia, yakni dunia noumenal dan fenomenal.  Dari pandangan mengenai pemahaman dunia itu, ada baiknya membahas dunia sebagai ide dan dunia sebagai kehendak.
a) The world is my idea  merupakan kata pembuka dari karya besar Schopenhauer. The world as will and the world is idea. Maksud dari kalimat tersebut dapat dimengerti sangat “berbau”  kantian. Dalam kalimat tersebut, Schopenhauer menegaskan bahwa dunia eksternal yaitu dunia fenomenal, Hanya dapat diketahui melalui sensasi-sensasi atau ide-ide yang dapat kita terima. Disini dapat kita lihat bahwa peran subjek sangat dominan dalam pandangan Schopenhauer mengenai pengetahuan. Hal tersebut tentu dapat dipahami sebagai sebuah penolakan terhadap matrealisme. Dalam matrealisme kenyataan direduksi menjadi materi saja. Dengan menyatakan demikian, Schopenhauer menyangkal matrealisme. Bagaimana orang dapat menjelaskan bahwa pikiran merupakan hasil dari materi, jika kita mengetahui materi dari pikiran. Jika kita mengetahui materi dari pikiran?, Materi tidak pernah berdiri sendiri. Subjek memiliki otoritas atas materi. Tidak akan ada objek tanpa subjek, segala pengetahuan yang terdapat didunia ini merupakan konstruksi subjek. Melalui mata subjek melihat, melalui tangan ia meraba, dan melalui pengertiannya ia mengetahui. Dunia ide tak lebih hanyalah sensasi-sensasi belaka. Mereka tidak akan pernah berdiri sendiri tanpa adanya subjek yang mempersepsi. Dalam hal ini. bagi Schopenhauer dalam menyelidiki sesuatu yang benarnya, yang ditemukan hanyalah: kesan-kesan dan nama-nama. Jadi, dalam dunia fenomenal kenyataan merupakan objek dalam relasinya dengan subjek. Sebuah persepsi dari subjek yang mempersepsi, dengan kata lain dapat menyebutnya dengan Semu.
2. Keselamatan dari Penderitaan Eksistensi
Bagi Schopenhauer, realitas adalah kehendak itu sendiri spiritual, bukan material - tetapi kehendak adalah penderitaan. Manusia terus-menerus berkehendak, terus berpindah dari kehendak satu ke kehendak yang lain. Menurut Schopenhauer, jalan keselamatan adalah Hindu. Penolakan terhadap nafsu, menghilangkan kehendak, membebaskan manusia dari ilusi dan penderitaan. Solusi dari permasalahan penderitaan ini adalah menghilangkan egoistis kehendak dan menyerah kepada kosmik. Estetika yang dikemukakan oleh Schopenhauer merupakan jalan keluar dari penderitaan, walaupun sifatnya hanya sementara. Penderitaan dalam hidup bisa disembuhkan oleh seni. Manusia yang hidup dalam keadaan patologis, dapat diangkat oleh keindahan seni. Schopenhauer menyebut seni-seni yang dapat mengatasi problem ini, seperti arsitektur, seni lukis, seni pahat atau patung, puisi dan musik. Dan, ia sangat meninggikan seni musik dalam filsafat Kehendaknya. Musik menjadi puncak dari segala bentuk seni yang lain.
3.      Moralitas
Menurut Schopenhauer, pada dasarnya manusia itu egois. Egoisme itulah yang melahirkan penderitaan. Untuk menghilangkan penderitaan itulah manusia harus melepaskan egoismenya, melepaskan diri dari kehendak, dan jalan moralitas adalah salah satu jalan pelepasan kehendak. Manusia harus melepaskan egoismenya dan menolong orang sebanyak yang dia mampu. Tampaknya Schopenhauer sangat terpengaruh oleh agama Hindu.
4.      Keputusan dan Hukuman
Schopenhauer menjelaskan seseorang yang hendak mengambil keputusan. Menurut dia, ketika kita mengambil keputusan, kita akan diperhadapkan dengan berbagai macam akibat. Oleh sebab itu, keputusan yang diambil memiliki alasan atau dasar. Keputusan-keputusan ini menjadi tidak bebas lagi bagi si pemilihnya. Pemilih itu harus diperhadapkan kepada beberapa akibat dalam sebuah keputusan. Segala tindakan yang dilakukan seseorang merupakan kebutuhan dan tanggung jawabnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar