Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis
di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat
ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya,
tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika
salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry
telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati
terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh
negara.
Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan
Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa,
maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak
akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari
terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam
pada dinasti Abbasyah.
Tokoh utama filsafat Barat, diantaranya :
a.
Wittgenstein
Wittgenstein mempunyai aliran analitik (filsafat
analitik) yang dikembangkan di negara-negara yang berbahasa Inggris, tetapi
juga diteruskan di Polandia. Filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat
yang berbau ″metafisik”. Filsafat analitik menyerupai ilmu-ilmu alam yang
empiris, sehingga kriteria yang berlaku dalam ilmu eksata juga harus dapat
diterapkan pada filsafat.
Yang menjadi obyek penelitian filsafat analitik sebetulnya
bukan barang-barang, peristiwa-peristiwa, melainkan pernyataan, aksioma,
prinsip. Filsafat analitik menggali dasar-dasar teori ilmu yang berlaku bagi
setiap ilmu tersendiri. Yang menjadi pokok perhatian filsafat analitik ialah
analisa logika bahasa sehari-hari, maupun dalam mengembangkan sistem bahasa
buatan.
b.
Imanuel
Kant
Imanuel Kant mempunyai aliran atau filsafat
″kritik” yang tidak mau melewati batas kemungkinan pemikiran manusiawi.
Rasionalisme dan empirisme ingin disintesakannya. Untuk itu ia membedakan akal,
budi, rasio, dan pengalaman inderawi. Pengetahuan merupakan hasil kerja sama
antara pengalaman indrawi yang aposteriori dan keaktifan akal, faktor priori.
Struktur pengetahuan harus kita teliti. Kant terkenal karena tiga :
1.
Kritik atas rasio murni
Apa yang saya dapat ketahui. Ding an sich, hakikat
kenyataan yang dapat diketahui. Manusia hanya dapat mengetahui gejala-gejala
yang kemudian oleh akal terus ditampung oleh dua wadah pokok, yakni ruang dan
waktu. Kemudian diperinci lagi misalnya menurut kategori sebab dan akibat dst.
Seluruh pengetahuan kita berkiblat pada Tuhan, jiwa, dan dunia.
2.
Kritik atas rasio praktis
Apa yang harus saya buat. Kelakuan manusia ditentukan oleh
kategori imperatif, keharusan mutlak: kau harus begini dan begitu. Ini
mengandaikan tiga postulat: kebebasan, jiwa yang tak dapat mati, adanya Tuhan.
3.
Kritik atas daya pertimbangan
Di sini Kant membicarakan peranan perasaan dan fantasi,
jembatan antara yang umum dan yang khusus.
c.
Rene Descartes
Rene Descartes berpendapat bahwa kebenaran terletak pada diri subyek. Mencari
titik pangkal pasti dalam pikiran dan pengetahuan manusia, khusus dalam ilmu
alam. Metode untuk memperoleh kepastian ialah menyangsikan segala sesuatu.
Hanya satu kenyataan tak dapat disangsikan, yakni aku berpikir, jadi aku ada.
Dalam mencari proses kebenaran hendaknya kita pergunakan ide-ide yang jelas dan
tajam. Setiap orang, sejak ia dilahirkan, dilengkapi dengan ide-ide tertentu,
khusus mengenai adanya Tuhan dan dalil-dalil matematika. Pandangannya tentang
alam bersifat mekanistik dan kuantitatif. Kenyataan dibaginya menjadi dua
yaitu: “res extensa dan res copgitans”.
Filsafat
Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini
berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Menurut Takwin (2001) dalam
pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal, dan kritis
seringkali merujuk 6 pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran
logis. Misalnya aliran empirisme, positivisme, dan filsafat analitik memberikan
criteria bahwa pemikiran dianggap filosofis jika mengadung kebenaran
korespondensi dan koherensi. Korespondensi yakni sebuah pengetahuan
dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan kenyataan empiris. Contoh jika
pernyataan ”Saat ini hujan turun”, adalah benar jika indra kita menangkap hujan
turun, jika kenyataannya tidak maka pernyataannya dianggap salah. Koherensi
berarti sebuah pernyataan dinilai benar jika pernyataan itu mengandung
koherensi logis (dapat diuji dengan logika barat).
Dalam filsafat barat secara
sistematis terbagi menjadi tiga bagian besar yakni:
a.
Bagian
filsafat yang mengkaji tentang ada (being),
b.
Bidang
filsafat yang mengkaji pengetahuan (epistimologi dalam arti luas),
c.
Bidang
filsafat yang mengkaji nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan
manusia (aksiologi).
Pada umumnya,
filsuf-filsuf Barat dibagi ke dalam beberapa cabang pokok. Pembagian
itu di dasarkan pada jenis pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang yang
bekerja di lapangan. Cabang yang paling banyak berpengaruh pada masa
dunia kuno adalah Stoic, yaitu menahan hawa nafsu. Stoic dibagi ke
dalam beberapa bagian filsafat, seperti Logika, Etika, Ilmu pengetahuan, dan
Fisika. Fisika merupakan konsep study tentang gejala-gejela alam di
dalam dunia ini, dan termasuk ilmu pengetahuan alam dan metafisika. Filsafat
kontemporal secara umum dapat dibagi ke dalam metafisika, epistimologi, etika,
axiology, dan estetis. Logika terkadang juga dijadikan sebagai
bagian di dalam filsafat, terkadang juga hanya sebagai metode yang digunakan
untuk seluruh cabang-canbang filsafat.
Sub disiplin filsafat
terdapat di dalam cabang-cabang yang luas tersebut. Pada level yang
terluas, terdapat filsafat Analitik dan filsafat Kontinental. Filsafat
Analitik lebih sederhana dibandingkan denga filsafat Kontinental. Sub disiplin
ini terkadang menjadi topik yang hangat dan dapat menempati temapat yang banyak
dalam tulisan-tulisan. Hal ini disebabkan oleh orang-orang yang
beranggapan bahwa sub disiplin ini sebagai cabang-cabang utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar