Untuk memahami filsafat seni atau
estetika, terlebih dahulu kita melihat kedudukan seni dalam keseluruhan sistem
filsafat filsuf ini. Istilah seni (art) berasal dari kata latin Ars yang
berarti seni, keterampilan, ilmu dan kecakapan. Ada beberapa definisi mengenai
seni dan filsafat seni yang dikemukakan oleh para filsuf seni. Diantaranya oleh
G.W.F Hegel (1770-1831), seorang Filsuf Idealisme Jerman, berpendapat seni
adalah medium material sekaligus faktual. Keindahan karya seni bertujuan
menyatakan kebenaran. Baginya kebenaran adalah "keseluruhan".
Sehubungan dengan gagasan kebenaran yang dikemukakannya, karya seni adalah
presentasi indrawi dari ide mutlak (Geist) tingkat pertama.
Dalam pemikiran Hegel, ide atau roh subyektif dan roh obyektif
senantiasa berada didalam ketegangan. Ide-ide mutlak mendamaikan ketegangan
ini. Maka sebagai ide mutlak tingkat pertama pada seni roh subyektif dan roh
obyektif didamaikan. Subyek dan obyek kemudian berada didalam keselarasan
sempurna.
Menurut Arthur Schopenhauer sendiri, seni merupakan
segala usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan, tiap orang
senang dengan seni musik meskipun seni musik adalah seni yang paling abstrak.
Berbicara tentang filsafat seni, simbol-simbol perlu mendapat perhatian untuk
mempertahankan segi “misteri” pengalaman manusia. Filsafat seni bagi para
filsuf seni, berbicara mengenai ide, makna, pengalaman, intuisi, semua
menunjukkan sifat simbolik dari seni.
Pada awalnya, Socrates yang berpikir mengenai filsafat seni,
sehingga Ia dikenal sebagai Bapak Filsafat Seni/Keindahan. Panggilan filosofis
dalam konteks filsafat seni menuntut kerelaan, keterbukaan, dan tidak pernah
prasangka apriori. Artinya, persoalan seni dapat dibahas dari sudut
pandang disiplin ilmu manapun. Dalam definisi mengenai seni merupakan proses
cipta, rasa, dan karsa. Seni tidak akan ada bila manusia tidak dihadiahi daya
cipta. Filsafat dan seni sebagai komunikasi yang kreatif, tetapi cara dan
tujuannya berbeda.
Filsafat adalah : usaha mencari kebenaran, sedangkan seni
lebih pada kreasi dan menikmati nilai. Bahkan bila seni menggunakan
bahasa seperti dalam sastra, penggunaan ini tidak sama dalam filsafat. Tujuan
dari seni adalah membangkitkan emosi estetik, sementara dalam filsafat,
bahasa adalah alat untuk mengucapkan kebenaran. Melalui filsafat seni,
pemahaman tentang seni akan lebih kaya. Banyak hal yang dapat dipertanyakan.
Namun, pertanyaan sebagai tantangan, bahwa filsafat seni adalah bukan
sekedar sejarah seni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar