Apa jati diri itu?
Ada yang menyebutkan
bahwa jati diri adalah karakter dasar, atau ada yang pula menyebutkan bahwa jati diri adalah karakter kamu sesungguhnya, dan
ada juga yang mengatakan akan menemukan jati diri seiring semakin dewasanya
kita yaitu berhubungan dengan Faktor
Lingkungan.
Jati diri adalah
identitas seseorang yang jelas sehingga siapa pun tahu orang tersebut.
Seringkali orang mendefinisikan jati diri berdasarkan tiga jawaban dari 3 buah
pertanyaan ini:
Siapa Kita?
Untuk apa Kita ada?
Dan mau kemanakah Kita?
Ketiga pertanyaan ini tentunya memerlukan
pemikiran yang mendalam untuk mengetahui jawaban yang benar. Tidak sedikit juga
orang yang masih saja kebingungan dan akhirnya mereka melupakan 3 buah pertanyaan
ini dan mereka berfikir yang penting jalani saja hidup ini dengan sebagaimana adanya.
Apakah kita boleh
mengabaikan penemuan jati diri?
Tentu saja tidak boleh karena sangat
perlu dan sangat penting untuk
dapat memahami siapa diri kita agar hidup kita lebih terarah dan bermakna bukan
hidup di dunia dengan tidak memiliki arti. Bagaimana kita dapat mempunyai hidup
yang bermakna sementara kita sendiri tidak mengetahui siapa diri kita dan mau
kemanakah kita?
1.
Siapakah Kita?
Kita
adalah manusia.
Manusia adalah makhluk
pilihan dan makhluk yang dimuliakan Allah SWT dari makhluk- makhluk yang
lainnya, yaitu dengan keistimewaan yang dimilikinya, seperti akal yang mampu
menangkap sinyal-sinyal kebenaran, merenungkannya, dan kemudian memilihnya.
“Allah memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati yang hina. Kemudian dia menyempurnakan dan
meniupkannya kedalam roh (ciptaan) Nya dan dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati : tetapi kamu sedikit sekali bersyukur. (Qs. As-Sajadah ayat
7-9)
Ayat diatas menguraikan
dengan jelas bahwa manusia
terdiri dari unsure jiwa, hati, pikiran, panca indra, dan tubuh. Kemudian
ditutup dengan kalimat yang menyentak hati dan pikiran kita: “kamu sedikit sekali
bersyukur”. Apa yang dimaksud kalimat tersebut?
Allah telah menciptakan manusia dengan
ahsanu taqwim maksudnya adalah manusia diciptakan dalam tampilan dan sosok
fisikal yang sedemikian rupa memenuhi standard dan syarat untuk menjalani kehidupannya di
dunia yang penuh tantangan ini. Ini artinya manusia diciptakan dengan memenuhi
standar kelayakan untuk mampu menjalani kehidupan, yakni diberi organ tubuh yang
lengkap dan sehat sebagimana lazimnya.
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya” (At-tin ayat 4)
Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai manusia untuk mengenal siapa dirinya dan siapakah yang menciptakan dirinya.
2.
Untuk
apakah Kita
ada?
Ada dua tujuan dalam
penciptaan manusia di muka bumi Allah
ini yaitu dijadikan khalifah dan untuk beribadah
kepada Allah SWT. Bahwasanya tidak
ada tujuan lain selain kedua hal tersebut.
Semua aktivitas dan segala tindakan yang
telah kita lakukan semuanya harus bertujuan
dalam mewujudkan kedua peran ini yaitu sebagi khalifah dan juga
hamba Allah.
“Dan tidaklah
aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribada
kepadaku”. (Ad-dzariat ayat 56)
“Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman
kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. “Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih kepada-Mu dan menyucikan nama-Mu”, “Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (A-Baqarah
ayat 30).
Untuk itu, Allah telah
memberi kita semua dengan berbagi potensi yaitu hati, akal, dan juga jasa yang
cukup untuk memikul kedua tugas ini. Selam akita dapat memanfaatkan semua
potensi yang kita punya, kedua tugas ini pasti terlaksana dengan baik.
3.
Akan
kemanakah kita?
Kita bukan hanya
berproses dari bayi menuju anak-anak. Bukan hanya anak-anak menuju remaja.
Bukan hanya remaja menuju dewaasa dan bukan hanya dewasa menuju tua.
Sesungguhnya, tujuan yang pasti bagi setiap manusia adalah desa akhirat. Dan
hanya dua pilihan saat kita pulang ke kampung akhirat yaitu Surga(Al-Jannah) atau Neraka (An-nar).
Mudah-mudahan
setelah kita bisa memahami siapa kita sebenarnya, untuk apa kita di dunia, dan
mau kemana kita nantinya, pikiran kita tidak akan galau lagi karena bingung
dengan arti dan cara menemukan jati diri kita
sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar