Senin, 12 Desember 2016

Istilah Mencari Jati Diri dalam Islam


Apa jati diri itu?
Ada yang menyebutkan bahwa jati diri adalah karakter dasar, atau ada yang pula menyebutkan bahwa jati diri adalah karakter kamu sesungguhnya, dan ada juga yang mengatakan akan menemukan jati diri seiring semakin dewasanya kita yaitu berhubungan dengan Faktor Lingkungan.
Jati diri adalah identitas seseorang yang jelas sehingga siapa pun tahu orang tersebut. Seringkali orang mendefinisikan jati diri berdasarkan tiga jawaban dari 3 buah pertanyaan ini:
Siapa Kita?
Untuk apa Kita ada?
Dan mau kemanakah Kita?
Ketiga pertanyaan ini tentunya memerlukan pemikiran yang mendalam untuk mengetahui jawaban yang benar. Tidak sedikit juga orang yang masih saja kebingungan dan akhirnya mereka melupakan 3 buah pertanyaan ini dan mereka berfikir yang penting jalani saja hidup ini dengan sebagaimana adanya.
Apakah kita boleh mengabaikan penemuan jati diri?
Tentu saja tidak boleh karena sangat perlu dan sangat penting untuk dapat memahami siapa diri kita agar hidup kita lebih terarah dan bermakna bukan hidup di dunia dengan tidak memiliki arti. Bagaimana kita dapat mempunyai hidup yang bermakna sementara kita sendiri tidak mengetahui siapa diri kita dan mau kemanakah kita?
1.      Siapakah Kita?
Kita adalah manusia.
Manusia adalah makhluk pilihan dan makhluk yang dimuliakan Allah SWT dari makhluk- makhluk yang lainnya, yaitu dengan keistimewaan yang dimilikinya, seperti akal yang mampu menangkap sinyal-sinyal kebenaran, merenungkannya, dan kemudian memilihnya.
“Allah memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati yang hina. Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkannya kedalam roh (ciptaan) Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati : tetapi kamu sedikit sekali bersyukur. (Qs. As-Sajadah ayat 7-9)
Ayat diatas menguraikan dengan jelas bahwa manusia terdiri dari unsure jiwa, hati, pikiran, panca indra, dan tubuh. Kemudian ditutup dengan kalimat yang menyentak hati dan pikiran kita: “kamu sedikit sekali bersyukur”. Apa yang dimaksud kalimat tersebut?
Allah telah menciptakan manusia dengan ahsanu taqwim maksudnya adalah manusia diciptakan dalam tampilan dan sosok fisikal yang sedemikian rupa memenuhi standard dan syarat untuk menjalani kehidupannya di dunia yang penuh tantangan ini. Ini artinya manusia diciptakan dengan memenuhi standar kelayakan untuk mampu menjalani kehidupan, yakni diberi organ tubuh yang lengkap dan sehat sebagimana lazimnya.
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (At-tin ayat 4)
Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai manusia untuk mengenal siapa dirinya dan siapakah yang menciptakan dirinya.
2.      Untuk apakah Kita ada?
Ada dua tujuan dalam penciptaan manusia di muka bumi Allah ini yaitu dijadikan khalifah dan untuk beribadah kepada Allah SWT. Bahwasanya tidak ada tujuan lain selain kedua hal tersebut. Semua aktivitas dan segala tindakan yang telah kita lakukan semuanya harus bertujuan dalam mewujudkan kedua peran ini yaitu sebagi khalifah dan juga hamba Allah.
Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribada kepadaku”. (Ad-dzariat ayat 56)
“Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. “Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih kepada-Mu dan menyucikan nama-Mu”, “Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (A-Baqarah ayat 30).
Untuk itu, Allah telah memberi kita semua dengan berbagi potensi yaitu hati, akal, dan juga jasa yang cukup untuk memikul kedua tugas ini. Selam akita dapat memanfaatkan semua potensi yang kita punya, kedua tugas ini pasti terlaksana dengan baik.
3.      Akan kemanakah kita?
Kita bukan hanya berproses dari bayi menuju anak-anak. Bukan hanya anak-anak menuju remaja. Bukan hanya remaja menuju dewaasa dan bukan hanya dewasa menuju tua. Sesungguhnya, tujuan yang pasti bagi setiap manusia adalah desa akhirat. Dan hanya dua pilihan saat kita pulang ke kampung akhirat yaitu Surga(Al-Jannah) atau Neraka (An-nar).


Mudah-mudahan setelah kita bisa memahami siapa kita sebenarnya, untuk apa kita di dunia, dan mau kemana kita nantinya, pikiran kita tidak akan galau lagi karena bingung dengan arti dan cara menemukan jati diri kita sebenarnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar