Sabtu, 03 Desember 2016

Daya Tarik Filsafat



Seringkali, kita bertanya-tanya “untuk apakah orang berfilsafat?” akan tetapi, pertanyaan ini kuranglah tepat untuk diajukan karena walaupun Anda tidak memiliki minat untuk belajar filsafat, beberapa masalah pokok di dalam kehidupan sehari-hari langsung menarik perhatian Anda untuk berfilsafat. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti memiliki pengandaian-pengandaian filosofis tertentu, entah disadari atau tidak. Pengandaian-pengandaian tersebut di uji ketika ia harus memutuskan beberapa hal yang bukan melulu berkaitan dengan fakta empiris, melainkan dengan pertanyaan filosofis.
Dengan demikian, pernyataan dasarnya bukanlah untuk apa orang berfilsafat, tetapi bagaimana orang harus berfilsafat secara memadai.
Salah satu hal yang membuat filsafat menarik adalah kemampuan-kemampuannya untuk membuat orang menjadi lebih sensitive pada hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan.
Anda sudah punya anak, anda mengajarkan anak anda untuk tidak minum beralkohol dan tidak menghisap ganja. Akan tetapi, ketika akhir pecan tiba dan anda sedang berkumpul bersama teman-teman anda, anda menyediakan minuman keras dan mnghisap ganja bersama teman-teman Anda di rumah tanpa memperdulikan perasaan anak anda.
Kita hidup dalam Negara yang memiliki kesadaran bahwa setiap orang berkedudukan setara dihadapan hukum. Semua orang setuju dengan prinsip ini. Akan tetapi, dalam relaitas, hanya orang kayalah yang memperoleh pendampingan hukum yang memadai. Sebaliknya, orang yang tidak punya cenderung untuk ditindas dan diperlakukan tidak adil.
Problem filsafat bukanlah problem yang abstrak da mengawang, tetapi juga problem yang tumbuh dari pengalaman sehari-hari yang remeh-temeh, namun dirasa ada yang keliru dan membutuhkan telaah lebih jauh. “rangsangan untuk mulai berfilsafat”, demikian tulis woodhouse, “seringkali muncul ketika orang berhadapan dengan sebuah pernyataan yang dirasa keliru”.
Misalnya, kita tentu akan tersentak dengan pertanyaan, apakah seorang koruptor harus mempertanggungjawabkan perbuatannya? Jika ya, mengapa ketika pak Harto di bebaskan darui tuntutan hukum apapun, kita patut bertanya mengapa dia tidak bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya? Ketika berhadapan dengan permasalahn ini dan mulai memikirkannya lebih jauh, kita terlibat di dalam suatu problematika filsafat.
Orang-orang yang tidak secara sistematis memepelajari filsafat juga seringkali tertarik dengan beberapa problem mendasar di dalam filsafat, seperti apakah tuhan itu ada? Apakah tujuan hidup manusia? Apakah yang harus kulakukan, sehingga hidup saya menjadi baik? Ada beragam jawaban yang bisa diberikan dan di dalam filsafat, ke semua jawaban yang diberikan haruslah didasarkan pada penalaran rasional.
Tentu saja, masih banyak contoh yang lain. Yang ditekankan adalah bahwa setiap orang dalam apapun bidang pekerjaan maupun disiplin yang ia tekuni pasti akan berhadapan dengan persoalan-persoalan filsafat, walaupun ia tidak menginginkannya. Setiap orang sudah selalu terlibat dalam persoalan mendasar tentang kehidupan, manusia, tuhan, dan masyarakat. Alangkah baik mengkaji semua tersebut secara jernih dan sistematis. Yang terakhir inilah yang menjadi focus filsafat sekaligus daya tariknya.

Referensi: Wattimena A.A. Reza. 2008. FILSAFAT DAN SAINS: SEBUAH PENGANTAR. Jakarta: PT Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar