Pentingnya revolusi mental merujuk pada
beberapa kenyataan. Jajak pendapat yang dilakukan Kompas (23 Mei 2011)membuktikan adanya disorientasi pada masyarakat
kita tentang pembangunan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan 56,7 persen
responden mengaku tidak paham dengan arah pembangunan ekonomi Indonesia. Di
bidang hukum, sebesar 60 persen responden mengaku tidak tahu orientasi dari
penegakkan hukum dan HAM. Persentase tertinggi terdapat pada ketidaktahuan
responden terhadap arah pembangunan Indonesia, yakni sekitar 63 persen.sekitar
76,7 persen responden tidak percaya bahwa indonesia akan menjadi nomer satu di
kawasan asia tenggara. Hilangnya motivasi pembangunan tersebut membawa
implikasi terhadap tumpulnya semangat kebangsaan.
Rasa bangga sebagai bangsa Indonesia
kini telah luntur. Kita kembali berkubang pada trauma lama sebagai bangsa yang
bermental tempe. Segala daya dan upaya untuk menegakkan martabat sebagai bangsa
jatuh kemabli menjadi bangsa yang kurang bermartabat.
Kita tidak bisa menghindari kenyataan
yang tengah terjadi pada indonesia saat ini. Berbagai lini bisnis penting dalam
negeri telah dikuasai asing. Contohnya: di bidang telekomunikasi, lebih dari 80
persen provider telah dimiliki perusahaan malaysia, singapura, dan arab saudi.
Kekayaan alam dalam berbagai bentuknya sudah lebih banyak dieksplorasi oleh
perusahaan Amerika dengan sistem pembagian yang sangat timpang. Di bidang
perbankan lebih dari 80 persen institusi perbankan telah diatasnamakan dengan
perusahaan asing. Sisanya, kita hanya berdiri sebagai bangsa yang melihat
kekayaan alam kita telah dikuasai bangsa lain. ketika bangung pagi, kita akan
bekerja sesuai dengan petunjuk dari pemilik asing di tanah ini. Itulah bentuk
lain dari penjajahan.
Bila memanfaatkan perspektif filsafat
kepemimpinan, secara ontologis, mobilisasi terhadap anggota tim dimaksudkan
sebagai upaya membangun corporate culture yang mendukung. Menjadikan pemimpin
yang menjunjung demokrasi dan menjadikan demokrasi sebagai sistem yang berguna.
Memimpin sama dengan memadupadankan irama. Kita tidak bisa membanggakan
pemimpin yang bermental tempe, yaitu pemimpin yang tidak memiliki keberanian
untuk menghadapi tantangan dan berlindung di balik payung kekuatan.
Secara epistemologis, tempe adalah
makanan khas yang terbuat dari peragian biji kedelai. Pada masa feodal, tempe
adalah sajian terhormat dalam jamuan resmi kerajaan. Pada masa kolonial, makna
tempe mengalami arti peyoratif sebagai identitas kaum terjajah dan bermental
lembek atau lemahnya daya tahan untuk mencapai target dan takut dengan segala
resiko. Oleh karena itu, kita harus merubah mental kita dengan adanya revolusi
mental melalui pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar