Senin, 14 November 2016

Objek Pembahasan Filsafat




Dalam perkembangan sejarah, istilah “filsafat”, “falsafah”, atau “filosofi” ternyata dipakai dengan arti yang beraneka ragam. Bagi orang-orang yunani kuno, filsafat secara harfiah berarti “cinta kepada kebijaksanaan”, namun pada masa sekarang istilah ini digunakan dalam banyak konteks. “mempunyai falsafah” bisa diartikan mempunyai suatu pandangan, seperangkat pedoman hidup, ataupun nilai-nilai tetentu. Misalnya, seseorang mungkin mempunyai falsafah bahwa tujuan menghalalkan cara. Dalam penggunaannya yang lain, kadang kala filsafat secara keliru dihubungkan dengan okultisme seperti astrologi dan klenik. Berbagai contoh diatas, menggambarkan keragaman pandangan mengenai objek pembahasan, tujuan, dan metode filsafat.
Berbagai contoh di atas menggambarkan keragaman pandangan mengenai objek pembahasan, tujuan, dan metode filsafat. Apakah gerangan yang menjadikan suatu pernyataan atau pertanyaan tertentu disebut filosofis? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab karena memang filsafat mencakup banyak bidang. Di bawah ini ada sederet pernyataan. Masing-masing memuat suatu permasalahan filsafat.
1.      Keindahan ada di mata orang yang melihat
2.      Kebenaran bergantung pada sudut pandang kita.
3.      Hal terpenting dalam hidup ini adalah mengetahui siapa diri kita
4.      Tidak seorang pun dapat sungguh-sungguh menjelaskan apa itu “guru yang baik”.
5.      Semua agama pada dasarnya sama.
6.      Orang tidak dapat benar-benar memikirkan apa-apa.
7.      Tanpa hukum, tidak ada kebebasan
Maka, tugas kita adalah merumuskan apa saja yang merupakan cirri-ciri pokok permasalahan filsafat. Ciri-ciri itu harus cukup luas sehingga mencakup keanekaragaman objek kajian filsafat, tetapi sekaligus juga cukup spesifik agar kita dapat mengenali bila kita menjumpainya. Sebelumnya, ada dua prasyarat yang harus diperhatikan.
Pertama, tentu saja kita tidak mungkin membuat perbedaan yang kaku dan mutlak antara mana yang dapat disebut sebagai permasalahan filsafat dan mana yang bukan. Selalu akan kita temui kasus-kasus “perbatasan”. Ini sama sekali bukan kelemahan atau cacat filsafat. Hampir setiap bidang akademis pada titik tertentu secara samar-samar mulai memasuki bidang lain. Bahkan, hal ini justru dimanfaatkan dalam banyak mata kuliah interdisipliner, misalnya biokimia.
Kedua, tidak satu pun dari cirri-ciri yang akna kita bahas nanti  merupakan sesuatu yang khas bagi bidang filsafat saja. Cirri-ciri itu bisa saja ada dalam bidang keilmuan yang lain. Oleh karena itu, cirri-ciri tersebut harus dilihat sebagai suatu pendekatan yang, bila diterapkan bersama-sama, secara cukup tepat dapat melukiskan luasnya cakupan permasalahan filsafat.
Permasalahan filsafat mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan logis di antara ide-ide dasar yang tidakdapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan empiris.

Referensi: Woodhouse, Mark B. 2012. BerFILSAFAT. Yogyakarta: Yayasan Adikarya Ikapi dan The Ford Foundation.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar