Dalam perkembangan
sejarah, istilah “filsafat”, “falsafah”, atau “filosofi” ternyata dipakai
dengan arti yang beraneka ragam. Bagi orang-orang yunani kuno, filsafat secara
harfiah berarti “cinta kepada kebijaksanaan”, namun pada masa sekarang istilah
ini digunakan dalam banyak konteks. “mempunyai falsafah” bisa diartikan
mempunyai suatu pandangan, seperangkat pedoman hidup, ataupun nilai-nilai
tetentu. Misalnya, seseorang mungkin mempunyai falsafah bahwa tujuan
menghalalkan cara. Dalam penggunaannya yang lain, kadang kala filsafat secara
keliru dihubungkan dengan okultisme seperti astrologi dan klenik. Berbagai
contoh diatas, menggambarkan keragaman pandangan mengenai objek pembahasan,
tujuan, dan metode filsafat.
Berbagai contoh di atas
menggambarkan keragaman pandangan mengenai objek pembahasan, tujuan, dan metode
filsafat. Apakah gerangan yang menjadikan suatu pernyataan atau pertanyaan
tertentu disebut filosofis? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab karena memang
filsafat mencakup banyak bidang. Di bawah ini ada sederet pernyataan.
Masing-masing memuat suatu permasalahan filsafat.
1. Keindahan ada di mata
orang yang melihat
2. Kebenaran bergantung pada
sudut pandang kita.
3. Hal terpenting dalam hidup
ini adalah mengetahui siapa diri kita
4. Tidak seorang pun dapat
sungguh-sungguh menjelaskan apa itu “guru yang baik”.
5. Semua agama pada dasarnya
sama.
6. Orang tidak dapat
benar-benar memikirkan apa-apa.
7. Tanpa hukum, tidak ada
kebebasan
Maka, tugas kita adalah
merumuskan apa saja yang merupakan cirri-ciri pokok permasalahan filsafat. Ciri-ciri
itu harus cukup luas sehingga mencakup keanekaragaman objek kajian filsafat,
tetapi sekaligus juga cukup spesifik agar kita dapat mengenali bila kita
menjumpainya. Sebelumnya, ada dua prasyarat yang harus diperhatikan.
Pertama, tentu saja kita
tidak mungkin membuat perbedaan yang kaku dan mutlak antara mana yang dapat
disebut sebagai permasalahan filsafat dan mana yang bukan. Selalu akan kita
temui kasus-kasus “perbatasan”. Ini sama sekali bukan kelemahan atau cacat
filsafat. Hampir setiap bidang akademis pada titik tertentu secara samar-samar
mulai memasuki bidang lain. Bahkan, hal ini justru dimanfaatkan dalam banyak
mata kuliah interdisipliner, misalnya biokimia.
Kedua, tidak satu pun dari
cirri-ciri yang akna kita bahas nanti
merupakan sesuatu yang khas bagi bidang filsafat saja. Cirri-ciri itu
bisa saja ada dalam bidang keilmuan yang lain. Oleh karena itu, cirri-ciri
tersebut harus dilihat sebagai suatu pendekatan yang, bila diterapkan
bersama-sama, secara cukup tepat dapat melukiskan luasnya cakupan permasalahan
filsafat.
Permasalahan filsafat mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai
makna, kebenaran, dan hubungan logis di antara ide-ide dasar yang tidakdapat
dipecahkan oleh ilmu pengetahuan empiris.
Referensi: Woodhouse, Mark B. 2012. BerFILSAFAT. Yogyakarta: Yayasan
Adikarya Ikapi dan The Ford Foundation.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar