Terdapat beberapa aliran di dalam filsafat manusia. Masing-masing aliran memiliki pandangan tentang hakikat atau esensi manusia. Dari sekian banyak aliran, terdapat dua aliran tertua dan terbesar, yaitu materialism dan idealism.
Materialisme
Materialism adalah paham filsafat yang
meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau
fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah ia menempati ruang
dan waktu, memiliki keluasan (res extensa),
dan bersifat objektif. Karena bersifat objektif, maka ia bisa diukur,
dikuantifikasi atau dihitung, dan diobservasi. Alam spiritual atau jiwa tidak
menempati ruang, tidak bisa disebut esensi kenyataan, dan oleh karena itu ditolak
keberadaannya.
Jenis lain dari materialisme aadalah
naturalism. Disebut naturalism karena istilah materi diganti dengan istilah
alam (nature) atau organism. Materialism atau naturalism percaya bahwa setiap
gejala, gerak, bisa dijelaskan menurut hukum kausalitas, hukum sebab akibat,
atau hukum stimulus-respons. Karena sangat percaya pada hukum kausalitas, maka
kaum materialis pada umumnya sangat deterministic.
Mereka tidak mengakui adanya kebebasan atau indepedensi manusia. Seorang
materialis sangat yakin bahwa tidak ada gerak atau perilaku yang ditimbulkan
oleh dirinya sendiri. Gerak selalu bersifat mekanis, bergerak oleh
kekuatan-kekuatan di luar dirinya (eksternal). Gerak benda-benda dan tingkah
laku hewan, dan bahkan tingkah laku manusia, tidak digerakkan oleh dirinya
sendiri, atau dilakukan demi mencapai tujuan yang ditentukan oleh dirinya
sendiri, melinkan juga kekuatan di luar dirinya. Oleh sebab itu, metaphor yang
digunakan oleh materialism untuk menjelaskan gerak atau perilaku adalah mesin,
benda-benda lain yang bersifat mekanis.
Ilmu-ilmu alam seperti fisika, biologi,
kimia, kedokteran adalah suatu bentuk dari materialism dan naturalism, jika
berasumsi bahwa esensi alam semesta (termasuk manusia) dan objek kajian
ilmu-ilmu alam sepenuhnya bersifat material, sehingga bisa dijelaskan secara
kausal dan mekanis. Akan tetapi, ilmu-ilmu tentang manusia seperti psikologi
dan sosiologi pun adalah materialism, jika memiliki asumsi bahwa objek kajiannya(
yakni, perilaku manusia) adalah materi yang menempati ruang dan waktu, bisa
diukur dan dikuantifikasi dan bergerak (berperilaku) secara kausal.
Jika demikian, siapakah sebenarnya
manusia dan dimana kedudukannya dalam semesta raya ini? Manusia adalah bagian
dari alam atau materi. Sebagai bagian dari alam, manusia adalah objek yang
substansinya adalah berkeluasan. Mansuia adalah mesin atau kumpulan sel dan
system saraf. Manusia adalah daging (tubuh) tanpa jiwa. Ia adalah daging
(tubuh) yang menempati ruang dan waktu. Sebagai tubuh (daging) manusia
mengalami perkembangan dan penyusutan, sejalan dengan perjalanan waktu.
Idealisme
Kebalikan dari materialism adalah idealism.
Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu,
aliran ini sering disebut juga spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada
kekuatan dan kenyataan spiritual di belakang setiap penampakkan atau kejadian.
Esensi dari kenyataan spiritual ini adalah berpikir ( res cogitans) karena
kekuatan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan
pengamatan empiris, maka kita hanya bisa menggunakan metaphor-metafor kesadarn
manusia. Misalnya, kekuatan spiritual dianggap bersifat rasional, berkehendak,
berperasaan, kretaif, dan lian-lain.
Fungsi metafor kesadaran manusia untuk
menjelaskan kenyataan sejati oleh para idealis, sama halnya dengan fungsi
metafor hewan (tikus tau anjing) da computer untuk menjelaskan perilaku manusia
oleh para behavioris dan oleh para psikolog kognitif dalam ilmu psikologi. Para
behavioris dan para psikolog kognitif mendaptkan kesulitan dalam meneliti dan
menjelaskan kompleksitas perilaku manusia, sehingga diperlukan metafor hewan
dan computer untuk menyederhanakannya. Demikian juga, para idealis mendapatkan
kesulitan untuk menjelaskan kenyataan sejati yang ada di balik penampakkan
lahiriyah, sehingga perlu metafor kesadaran manusia untuk menjelaskannya.
Sejumlah besar penganut paham idealism
mempunyai pandangan deterministic
mengenai manusia. Mereka menyatakan bahwa roh absolute (tuhan) adalah bebas dan
tidak berhingga, tetapi manusia sebagai bagian aatu perwujudan dari roh
absolute, tidka bebas, dna berhingga. Baik kedudukan maupun tindakan manusia
sudah diatur atau ditentukan sebelumnya oleh roh absolute. Tidaka da kebebasan
manusia, baik secara individual mapun secara kolektif, karena kebebasan mansuia
sesungguhya adalah kebebasan roh absolute. Perkembangan manusia pada dasarnya
adalah perkembangan roh absolute.
Akan tetapi, tidak semua idealis
mempunyai pandangan yang deterministic seperti itu. Diantara para idealis
banyak juga yang menekankan kebebasan manusia. Ini terutama tampak pada salah
satua aliran dari idealism yang disebut personalisme. Personalisme menekankan
pada roh yag bersifat pribadi (individual), masing-masing berdiri sendiri,
sehingga setiap pribadi individu mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan
dirinya sendiri.
Referensi:
Abidin, Zainal. 2009. FILSAFAT MANUSIA
(memahami manusia melalui filsafat). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar