Senin, 14 November 2016

Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran Dalam Filsafat


Terdapat beberapa aliran di dalam filsafat manusia. Masing-masing aliran memiliki pandangan tentang hakikat atau esensi manusia. Dari sekian banyak aliran, terdapat dua aliran tertua dan terbesar, yaitu materialism dan idealism.
Materialisme
Materialism adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah ia menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (res extensa), dan bersifat objektif. Karena bersifat objektif, maka ia bisa diukur, dikuantifikasi atau dihitung, dan diobservasi. Alam spiritual atau jiwa tidak menempati ruang, tidak bisa disebut esensi kenyataan, dan oleh karena itu ditolak keberadaannya.
Jenis lain dari materialisme aadalah naturalism. Disebut naturalism karena istilah materi diganti dengan istilah alam (nature) atau organism. Materialism atau naturalism percaya bahwa setiap gejala, gerak, bisa dijelaskan menurut hukum kausalitas, hukum sebab akibat, atau hukum stimulus-respons. Karena sangat percaya pada hukum kausalitas, maka kaum materialis pada umumnya sangat deterministic. Mereka tidak mengakui adanya kebebasan atau indepedensi manusia. Seorang materialis sangat yakin bahwa tidak ada gerak atau perilaku yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri. Gerak selalu bersifat mekanis, bergerak oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya (eksternal). Gerak benda-benda dan tingkah laku hewan, dan bahkan tingkah laku manusia, tidak digerakkan oleh dirinya sendiri, atau dilakukan demi mencapai tujuan yang ditentukan oleh dirinya sendiri, melinkan juga kekuatan di luar dirinya. Oleh sebab itu, metaphor yang digunakan oleh materialism untuk menjelaskan gerak atau perilaku adalah mesin, benda-benda lain yang bersifat mekanis.
Ilmu-ilmu alam seperti fisika, biologi, kimia, kedokteran adalah suatu bentuk dari materialism dan naturalism, jika berasumsi bahwa esensi alam semesta (termasuk manusia) dan objek kajian ilmu-ilmu alam sepenuhnya bersifat material, sehingga bisa dijelaskan secara kausal dan mekanis. Akan tetapi, ilmu-ilmu tentang manusia seperti psikologi dan sosiologi pun adalah materialism, jika memiliki asumsi bahwa objek kajiannya( yakni, perilaku manusia) adalah materi yang menempati ruang dan waktu, bisa diukur dan dikuantifikasi dan bergerak (berperilaku) secara kausal.
Jika demikian, siapakah sebenarnya manusia dan dimana kedudukannya dalam semesta raya ini? Manusia adalah bagian dari alam atau materi. Sebagai bagian dari alam, manusia adalah objek yang substansinya adalah berkeluasan. Mansuia adalah mesin atau kumpulan sel dan system saraf. Manusia adalah daging (tubuh) tanpa jiwa. Ia adalah daging (tubuh) yang menempati ruang dan waktu. Sebagai tubuh (daging) manusia mengalami perkembangan dan penyusutan, sejalan dengan perjalanan waktu.
Idealisme
 Kebalikan dari materialism adalah idealism. Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada kekuatan dan kenyataan spiritual di belakang setiap penampakkan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual ini adalah berpikir ( res cogitans) karena kekuatan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pengamatan empiris, maka kita hanya bisa menggunakan metaphor-metafor kesadarn manusia. Misalnya, kekuatan spiritual dianggap bersifat rasional, berkehendak, berperasaan, kretaif, dan lian-lain.
Fungsi metafor kesadaran manusia untuk menjelaskan kenyataan sejati oleh para idealis, sama halnya dengan fungsi metafor hewan (tikus tau anjing) da computer untuk menjelaskan perilaku manusia oleh para behavioris dan oleh para psikolog kognitif dalam ilmu psikologi. Para behavioris dan para psikolog kognitif mendaptkan kesulitan dalam meneliti dan menjelaskan kompleksitas perilaku manusia, sehingga diperlukan metafor hewan dan computer untuk menyederhanakannya. Demikian juga, para idealis mendapatkan kesulitan untuk menjelaskan kenyataan sejati yang ada di balik penampakkan lahiriyah, sehingga perlu metafor kesadaran manusia untuk menjelaskannya.
Sejumlah besar penganut paham idealism mempunyai pandangan deterministic mengenai manusia. Mereka menyatakan bahwa roh absolute (tuhan) adalah bebas dan tidak berhingga, tetapi manusia sebagai bagian aatu perwujudan dari roh absolute, tidka bebas, dna berhingga. Baik kedudukan maupun tindakan manusia sudah diatur atau ditentukan sebelumnya oleh roh absolute. Tidaka da kebebasan manusia, baik secara individual mapun secara kolektif, karena kebebasan mansuia sesungguhya adalah kebebasan roh absolute. Perkembangan manusia pada dasarnya adalah perkembangan roh absolute.
Akan tetapi, tidak semua idealis mempunyai pandangan yang deterministic seperti itu. Diantara para idealis banyak juga yang menekankan kebebasan manusia. Ini terutama tampak pada salah satua aliran dari idealism yang disebut personalisme. Personalisme menekankan pada roh yag bersifat pribadi (individual), masing-masing berdiri sendiri, sehingga setiap pribadi individu mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan dirinya sendiri.

Referensi:
Abidin, Zainal. 2009. FILSAFAT MANUSIA (memahami manusia melalui filsafat). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar