Senin, 14 November 2016

Masalah-masalah Dasar Filsafat


  • Logika sebagai Landasan Penalaran
Istilah “logika” digunakan pertama kali oleh Zeno. Logika dapat berarti suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyelidiki proses atau cara berpikir yang benar, yang sehat, dan patokan mata yang mesti dipatuhi agar pernyataan diambil adalah sah. Dalam logika ada empat hukum dasar logika. Empat hukum dasar logika itu disebut juga postulat-postulat universal semua penalaran. Keempat hukum dasar logika adalah : hukum identitas, kontradiksi, tiada jalan tengah, dan cukup alasan.
‘hukum identitas” menyebutkan bahwa sesuatu adalah sama (identik) dengan dirinya sendiri. Menurut hukum ini, A adalah A dan bukanlah yang lainnya. Seperti korupsi adalah korupsi. Namun demikian identitas seringklai mengalami penyimpangan seperti korupsi bukan lagi korupsi atau dengan kata lain A bukan lagi A. penyimpangan seperti ini banyak terjadi dalam kelompok social yang tidak mengedepankan logika dalam kehidupan sehari-hari.
“hukum Kontradiksi”, yaitu hukum yang menyatakan bahwa sesuatu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu. Lagi- lagi dalam kehidupan sehari-hari hukum kontradiksi juga banyak dilanggar. Kasus Roy Marten beberapa waktu lalu, yang pada saat yang sama ia mengampanyekan anti pelanggaran narkoba, namun sejatinya ia masih mengonsumsi narkoba. Hal tersebut termasuk dalam pelanggaran kontradiksi.
“tiada jalan tengah” maksudnya adalah bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan ketiga. Seperti dalam kasus roy marten, kemungkinannya hanyalah ada dua, yaitu penyalahgunaan narkoba atau bukan penyalahgunaan narkoba. Tidak ada kemungkinan lain sebagi kemungkinan ketiga.
“hukum cukup alasan”, yang mejelaskan bahwa jiak terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu harus berdasrakan alsana yang cukup memadai dan cukup dapt dipertanggungjawabkan secara rasional. Perubahan harga BBM misalnya, mesti disertai argumentasi yang rasional sekaligus cukup jelas bagi rakyat kebanyakan. Penjelasan yang melulu dari perspektif ekonomi bukan merupakan penjelasan yang cukup alasanuntuk menaikkan harga BBM. Penjelasan yang cukup ada alasan adalah penjelasan yang menyeluruh dari segala aspek kehidupan rakyat kebanyakan, yakni menyangkut pula aspek social, politik, hingga budaya. 
  •   Epistemology sebagai Landasan Pengetahuan
Epistemology adalah ilmu yang mempelajari berbagai bentuk pengenalan dasar pengetahuan, hakikat, dan nilainya. Sedangkan pengetahuan adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjuk kepada apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Pengetahuan selalu mempunyai subjek dan subjek yaitu “yang mengetahui” dan  “hal yang diketahui”. Tanpa ada yang mengetahui maka tidak mungkin ada pengetahuan. Kebenaran adalah kesesuaian pengetahuan dengan objek pengetahuan. Jarang sekali sebuah objek pengetahuan menampilkan kebenarn mutlak. Kebenaran dicari dalm tahpan pengetahuan yang disusun secara metodis, sistematis, dan rasional.
Menurut Suhartono Suparlan, Ph. D (2007: 59), sumber pengetahuan berasal dari:
a.       Kepercayaan yang berasal dari tradisi
b.      Kebiasaan- kebiasaan dan agama
c.       Pengalaman
d.      Akal pikiran
e.      Intuisi individual
Beberapa filsuf menyebutkan bahwa sumber pengetahuan adalh akal budi dan rasio, dan ada juga yang mengatakan bergantung pada panca indra. Pertentangan pendapat tersebut kemudian didamaikan oleh Immanuel Kant yang menyatakan bahwa seluruh ide dan konsep hanya dapat diaplikasikan  apabila ada pengalaman, seluruh ide dan konsep tidak pernah dapat diaplikasikan. 
  • Metafisika sebagai landasan Memahami Filsafat
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Dimana metafisika mempersoalkan realitas dan dunia dengan segala struktur dan dimensinya. Penggunaan istilah “metafisika” telah ebrkembang untuk merujuk pada “hal-hal yang di luar fisik”. Sebagai contoh, took buku metafisika, bukanlah menjual buku mengenai ontology, melainkan lebih kepada buku mengenai ilmu gaib, pengobatan alternative, dan hal-hal sejenisnya.
Menurut Hamlyn, metafisika adalah bagian kajian filsafat yang paling abstrak dna paling dalam pandangan sementara orang merupakan bagian yang paling “tinggi” karena berurusan dengan realitas yang paling utama, berurusan dengan “apa yang sungguh-sungguh ada” yang memebedakan sekaligus menentukan bahwa sesuatu itu mungkin ataukah tidak.

Objek Filsafat

Sebagaimana dengan bidang-bidang ilmu lainnya filsafat ilmu juga memiliki objek material dan objek formal tersendiri.
1.      Surajiyo (2008- 7-9) menyatakan objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua yaitu objek material dan objek formal:
a.       Objek material
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari suatu ilmu. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara objektif.
b.      Objek Formal
Objek formal adalah sudut pandang yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah esensi dari ilmu pengetahuan. Artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan seperti apa hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan bagi manusia? Problem inilah yang dibahas dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yaitu landasan ontologism, epistemologis, dan aksiologis.
2.      Kuntjojo (2009: 6) memberikan pembagian objek filsafat menjadi dua bagian yaitu sebagi berikut.
a.       Objek material
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yang meliputi:
1.      Ada dalam kenyataan
2.      Ada dalam pikiran
3.      Ada dalam kemungkinan
b.      Objek formal
Objek formal dalam filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada.

Metode Filsafat
Menurut Anton Baker (Surajiyo, 2009: 9) kata metode berasal dari kata yunani methoodos sambungan kata Meta (ialah menuju, melalui, mengikuti sesudah) dan kata benda hodos (ialah jalan, perjalanan, cara, arah). Kata methoodos sendiri lalu berarti penelitian, metode ilmiah, uraian ilmiah, sementara kata metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan definisi yang dikemukakan oleh para ahli dan filsuf sendiri. Menurut Surajiyo (2009: 9) metode adalah alat pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf itu sendiri. Metode-metode filsafat itu adalah:
1.      Metode kritis: Socrates, Plato
Bersifat analisis istilah dan pendapat. Merupakan hermeneutika yang menjelaskan keyakinan, dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan, dan menolak, akhirnya menemukan hakikat.
2.      Metode Intuitif: Plotinus, Bergson
Dengan jalan introspeksi intuitif, dan dengan pemakaian symbol-simbol diusahakan pembersihan intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pikiran. Bergson: dengan jalan pembaruan antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
3.      Metode Skoalstik: Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat abad Pertengahan
Bersifat sintetis-deduktif. Dengan bertitik tolak dari definisi-definisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik kesimpulan-kesimpulan.
4.      Metode Geometris: Rene Descartes dan Pengikutnya
Hanya analisis mengenai hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikat-hakikat “sederhana” (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakikat-hakikat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
5.      Metode Empiris: Hobbes, Locke, Barkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide) dalam introspeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian disusun bersama secara geometris.
6.      Metode Transdental: Immanuel Kant, Neo-Skolastik
Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengerian sedemikian.
7.      Metode Fenomenologis: Husserl, Eksistensialisme
Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.
8.      Metode Dialektis: Hegel, Karl Marx
Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis, antithesis, sintesis dicapai melalui hakikat kenyataan.
9.      Metode Neo-positivistis
Kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
10.  Metode Analitika Bahasa: Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari, ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. (Anton Bakker, 1984, hlm. 21-22).

Ada beberapa pandangan mengenai metode filsafat:
1.      Louis O. Kattsoff (2004: 18-22)
Seorang filsuf dalan upaya melakukan suatu perenungan untuk menyusun sebuah bagan konsepsional, maka yang dilakukan adalah berusaha memperoleh makna istilah dengan cara melakukan analisa terhadap istilah tersebut. Selain itu ia berusaha mengumpulkan hasil penyelidikannya ked lama sintesa sehingga disimpulkan metode yang digunakan adalah:
a.     Analisa (perincian), berupa pemeriksaan konsepsional atas makna yang dikandung oleh istilah yang digunakan dan pernyataan yang dibuat.
b.    Sintesa (pengumpulan), mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia.
2.      Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, metode filsafat terdiri dari: (2008: 29)
a.     Deduksi
b.    Induksi
c.     Dialektika

Referensi: Irawan, Benny. 2011. FILSAFAT ILMU. Bandung: Alfabeta.


Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan



Bagaimanapun juga kita mengakui bahwa kita telah berkembang dari tahap yang amat sederhana ke tahap yang sekarang kita alami. Patut kita catat bahwa pemikiran-pemikiran filosofis kita amat banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Pada dasarnya filsafat barat dan timur (India, Cina, dan Jepang) bermula dari pandangan-pandangan yang bersifat religious. Kita tengah hidup dalam abad ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang amat pesat dan ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pemikiran di dunia barat. Perkembangan filsafat ini dapat kita kelompokkan dalam beberapa periode berikut:
·         Zaman Yunani Kuno dengan cirri Kosmosentris
·         Abad Pertengahan yang teosentris (dogma agama Kristen)
·         Zaman Renaisans dan Aufklarung dengan penekanan akal budi manusia
·         Zaman modern yang melihat manusia sebagai pusat analisis filsafat (antroposentris)
·         Zaman kontemporer dimana logosentrisme dan teks jadi tema sentral para filsuf.
A.    Zaman Yunani Klasik
Periode filsafat yunani memegang peran krusial dalam sejarah peradaban mnausia karena pada waktu itu terjadi perubahan besar dalam pola berpikir manusia dari mitos-mitos kepada pemikiran yang rasional. Pada abad 6 SM ketika filsafat tampil ke pentas dunia, mitos dan dongeng yang sekian lama diyakini sebagai yang menjelaskan gejaja alam dan teka teki relasi antar manusia dianggap runtuh.
1.      Zaman Pra Yunani Kuno
Pada zaman ini dikenal dengan zaman batu. Manusia menggunakan batu sebagai peralatan. Ini berlangsung antara jutaan tahun sampai 20.000 tahun SM. Sisa peradaban yang masih dapat ditemukan adalah alat-alat dari batu, tulang belakang hewan, sisa bebrapa tanaman, gambar dalam goa, temapt perkuburan, dan tulang belakang manusia purba.
Sekitar abad 15- 6 SM berbagai peralatan manusia sudah dibuat dari besi, tembaga, dan perak (pada abad 15 SM di Irak untuk pertama kali digunakan alat-alat dari besi). Pada abad 6 SM lahirlah filsafat yunani. Beberapa unsure penting yang dilihat sebagi peretas jalan menuju filsafat ini adalah sebgai berikut:
1.      Mitologi dianggap sebagi dasar kuat untuk menjelaskan segala sesuatu dalam alam dan bahkan menjelaskan teka-teki alam semesta ini. Lewat cara ini manusia sudah dilatih untuk mulai berpikir.
2.      Kesusastraan Yunani: sebelum filsafat secara formal lahir sudah ada karya-karya besar dari Homeros dan Odyssea. Syair dalam karya tersebut selalu digunakan sebgai buku pendidikan untuk rakyat yunani.
3.      Sudah ada ilmu pengeahuan di Timur Kuno seperti Ilmu Ukur dan ilmu hitung yang berasal dari mesir dan babilonia.
2.      Zaman Yunani Kuno
Pada zaman ini, yunani tidak lagi dikuasai oleh mitos melainkan oleh logos (rasio), sikap ingin tahu, dan menemukan sesuatu yang baru. Siakp inilah yang menjadi dasar ilmu pengetahuan modern. Para pemikir ini dpata kita bagi kedalam dua kelompok yaitu para pemikir pra-sokrates dan zaman sokrates atau zamn sofis. Para tokoh pra-sokrates dikenal sebagai filsuf alam. Cirri yang menonjol dalam filsafat5 waktu itu adalah pengamatan terhadap gejala kosmis dan fisis untuk mencari dan menemukan prinsip atau asas dari segala sesuatu. Seperti Pythagoras (582-524 SM) menyebut bilangan atau angka sebagai yang menjelaskan segala sesuatu. Zaman Pra-sokrates dapat dilihat sebagai zaman keemasan yunani ketika Athena dipimpin oleh Pericles dengan kemampuan yang luar biasa dalam hidup politik dan ketatanegaraan. Filsafat pun berkembang dengan baik. Pada waktu itu tampil guru-guru yang pandai berpidato dan mereka mengajar kaum muda tentang pengetahuan. Mereka ini adalah kaum sofis yang sudah lebih memberikan perhatian kepada manusia dan bukan lagi pada alam.
Zaman sokrates atau zaman sofis dimulai dengan Pythagoras yaitu pada tahun (460-370 SM) menerapkan metode filsafat dalam kehidupan sehari-hari yang disebut electika atau elenchus atau juga maieutika (kebidanan).
Puncak pemikiran yunani adalah Aristoteles. Ia membedakan sebab-sebab pengetahuan manusia dan mengklaim bahwa setiap kejadian memiliki empat macam sebab yakni:
a.       Sebab material yaitu bahan dari mana suatu benda dibuat, misalnya kursi dibuat dari kayu. Kayu dilihat sebagai sebab material untuk kursi.
b.      Sebab formal yaitu bentuk yang menyusun bahan, misalnya bentuk kursi yang ditambahkan pada kayu menjadi sebuah kursi.
c.       Sebab efisien yaitu tukang kayu adalah sumber jadinya kursi karena ia yang membuat kursi itu.
d.      Sebab final yaitu tujuan yang menajdia arah seluruh peristiwa atau kejadian misalnya kursi dibuat supaya dapat duduk di atasnya.
Sumbangan Aristoteles merupakan yang terbesar di dalam ilmu pengetahuan.
B.     Filsafat abad pertengahan (6-15 M)
Abad pertengahan ditandai oleh teosentrisme dan para pengemban utama ilmu adalah para teolog. Ilmu-ilmu atau filsafat dilihat sebagi pelayan agama.
Pada zaman ini kita temukan dua sikap terhadap pemikiran yunani. Yang pertama adalah golongan yang sungguh menolak pemikiran yunani yang berlandaskan akal dna rasio. Ini adalah pemikiran kaum kufur yang tidak berlandaskan wahyu ilahi. Yang kedua adalah kelompok yang menerima filsafat yunani yang mengklaim bahwa manusia adalah ciptaan tuhan, kebijaksanaan juga datang dari tuhan.
C.     Kelahiran ilmu pada zaman Renaisans (abad 16)
Zaman Renaisans ditandai oleh zaman kebangkitan dan kelahiran kembali perkwmbangan peradaban, seni, sastra pada masa lalu sekaligus zaman terbebasnya pikiran manusia dari berbagai ajaran dogmatis agama. Zaman ini juga dilihat sebagai transisi atau peralihan dari abad tengah menuju abad modern. Gerakan kelahiran kembali ini muncul sebagi lawan dogmatis gereja abad tengan dan membawa banyak perubahan revolusioner.
Tanda khas yang menonjol adalah kesadaran akan kuasa manusia atas alam semesta dan bahwa kemajuan dunia ini amat tergantung pada usaha dan hasil kerja manusia sendiri. Karena itu ilmu-ilmu juga berkembang pesat waktu itu dan nama yang patut disebut adalah:
a.       Francis Bacon (1561-1626), melihat pengalaman empiris sebagai awal dan tujuan akhir dari semua ilmu pengetahuan. Semua pengetahuan diolah oleh matematika. Knowledge is power (pengetahuan adalah kekuasaan), menurutnya dapat dibuktikan berdasarkan tiga contoh tama yaitu:
a.       Penemuan mesiu menghasilkan kemenangan dalam perang modern.
b.      Kompas memungkinkan manusia mengarungi laut lepas
c.       Percetakan mempercepat penyebaran ilmu pengetahuan dna teknologi
b.      N. Kopernikus (1473-1545) mengklaim bahwa semua planet termasuk bumi mengelilingi matahari dank arena itu matahari menjadi pusat.
c.       Johanes Kepler (1571-1630) menemukan tiga buah hukum yaitu benda angkasa bergerak mengikuti lintasan elips dan bukannya mengikuti lintasan bulan, dalam waktu yang sama garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama, terbukti menurut perhitungan matematis bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dna Y. sednagkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q maka P2 : Q2 = X3 : Y3
d.      Galileo Galilei (1564-1642) menemukan sebuah teropong bintang yang besar waktu itu dan mnegamati sejumlah peristiwa angkasa secara langsung.
Pada waktu itu juga ilmu dimengerti hanya terbatas teologi dan filsafat.
e.       Zaman Modern (abad 17- akhir abad 19)
Periode ini diawali oleh zaman renaisans dan dimatangkan oleh gerakan Aufklarung pada abad ke 18 dan mengandung dua unsure penting yaitu berkurangnya kuasa gereja dan menguatnya kuasa ilmu pengethuan. Kita mengenal orang yang patut disebut dlam dunia ilmu pengetahuan adalah:
a.       Rene Descrates menjadi pelopor dalam filsafat dan ilmu matematika
b.      Isaac Newton yang menemukan teori gravitasi, perhitungan kalkulus, dan optika
c.       Charles Darwin dikenal sebagai penganut teori evolusi
Selain dari itu, persoalan yang muncul juga adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dna apa sara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang benar dan apa itu kebenaran. Dua aliran filsafat yang memberikan jawbna yang berbeda bahkan sangat bertentangan adalah rasionalisme dan empirisme. Selain dari kedua aliran tersebut muncul juga sejumlah aliran lain pada abad ini antara lain:
A, Kritisisme adalah jembatan antara rasionalisme dengan empirisme yang dipelopori ole Kant yang mengakui pengetahuan sintetis (pengamatan indrawi yang disatukan oleh subyek yang aktif melalui kategori akal).
B. Idealisme adalah kelanjutan dari aliran rasionalisme pada abad ke 17 yaitu alam dilihat sebagi akal mutlak yang mengungkapkan dirinya dalam bentuk luar.
C. Positivisme adalah anti metafisika dan hanya menerima fakta yang ditemukan secara positif-ilmiah.
D. Marxisme pendirinya adalah Karl Marx yang merupakan perpaduan antara idealism dengan materialisme.
f.       Zaman Kontemporer (abad 20 dan seterusnya)
g.      Tema utama pada abad ini adalah logosentrisme atau bahasa. Tugas filsafat ialah bukannya membuat pernyataan tentang sesuatu yang khusus tetapi memecahkan persoalan yang timbul akibat ketidakpahaman terhadap bahasa logika.
Albert Einstein, fisikawan termahsyur abad 20 mengklaim bahw aalam itu tak berhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Ia percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta bersifat kekal atau dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dnegan berbagai macam teknologi canggih terutama teknologi komunikasi dna informatika. Bidang ilmu ini berkembang amat pesat dank karena itu terjadi spesialisasi yang luar biasa dalam bidang keahlian.





Kebung, Konrad. 2011. FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.